Menjaga Momentum

Oct 5, 2021 | Opini

Kunjungan tim Tinta Emas Negeri (TEN) / Tintaemas.co.id ke beberapa kota di Jawa Timur sekira tujuh hari lebih pada minggu lalu, terbilang sukses.

Tim yang terdiri dari dua orang senior TEN dalam bidang tulis menulis – Mariska Lubis dan Yudi E.Handoyo – berhasil menebar aura positif ke kalangan pendidik dan para murid di SMPN 6 Kota Malang, SMAN 1 Kota Malang dan SMAN 1 Balong Ponorogo dengan tagline “1 Buku 1 Sekolah”. Mariska Lubis dan Yudi E.Handoyo juga diterima dengan terbuka oleh SMAN 1 Stella Maris Surabaya dan komunitas bikers Surabaya, yang berkenan mendengar pemaparan terkait semangat literasi dan penulisan.

Kunjungan muhibah TEN ke Jawa Timur, dikatakan berhasil karena sukses menjalankan dua misi penting Pertama, Memberi penyadaran publik tentang arti pentingnya menghidupkan kembali semangat literasi dan budaya tulis justru di level paling strategis yakni kalangan pendidik (baca: Guru) di Indonesia.

Kedua, Menyauti dengan tepat program literasi yang tengah digalakkan Kembali oleh pemerintah Indonesia. Indikator paling awal adalah respon positif Kepala Dinas Pendidikan Kota Malang untuk menjadikan SMPN 6 Kota Malang sebagai pilot project pendidikan menulis bagi para guru dan murid di Kota Malang kepada TEN. Respon baik dari Kadisdik Kota Malang diharapkan menjadi bola salju yang terus memberi aura positif bagi Kabupaten dan kota lainnya di Jawa Timur.

Ihwal respon publik, telah terdeteksi sejak awal ketika soft launching tintaemas.co.id pada 01 Agustus 2021 lalu. Soft launching yang disertai pelatihan singkat menulis bagi para guru di seluruh Indonesia sukses memberikan kesadaran baru bahwa ada hal yang sangat penting-strategis perlu digarap segera.

Budaya tulis, selain merupakan warisan budaya unggul Nusantara yang lama tidak diperhatikan sejak paruh terakhir orde baru apalagi memasuki era reformasi, harus segera dibangkitkan Kembali. Sejarah mengajarkan, kemampuan menulis merupakan skill anak bangsa yang mempu merubah sejarah. Semuanya berasal dari kemampuan merekonstruksi jalan pikiran, ide-ide dan gagasan genial dalam bentuk tulisan yang diformulasi sedemikian rupa. Hal itu pula yang dilakukan oleh para founding fathers Indonesia ketika melalui jalan panjang perjuangan kemerdekaan.

Teringat pula masa ketika Jepang hancur lebur usai menyerah kalah di bom atom oleh Amerika Serikat, Kaisar Jepang di tengah kehancuran bangsanya justru bertanya, berapa orang guru yang masih kita punya?

Pertanyaan dahsyat tersebut, adalah pengakuan dari betapa strategisnya peran guru dalam membangun sebuah bangsa. Peran guru tersebut pasti melalui sebuah proses tulis menulis dan literasi kepada para anak didiknya. Hal lain, sampai sekarang di negara-negara maju pelajaran menulis masih menjadi sebuah mata pelajaran penting yang harus dikuasai oleh anak didik.

Sementara di Indonesia, pelajaran menulis telah lama diabaikan dan dianggap tidak lagi penting. Terlebih memasuki abad milenial dan teknologi digital dengan keberadaan HP di tengah masyarakat. Padahal dulu pada era 1970-an di tingkat Sekolah Dasar pelajaran Menulis Indah dengan mengikuti panduan dari di lembar-lembar buku bergaris menjadi perhatian para guru selain kemampuan berhitung dan membaca. Bagi anak-anak yang tekun dengan pelajaran menulis indah, pasti ketika dewasa tulisannya menjadi bagus, dan dirangkai dengan huruf sambung seperti bentuk tulisan indah Soekarno. Begitu pula pelajaran “Mengarang” yang juga menjadi titik tekan. Murid diwajibkan menulis karangan bebas atau diberikan topik untuk ditulis. Di situ anak didik dipaksa untuk menggunakan daya imajinasi dalam menulis. Daya imaginasi yang terlatih baik dan dituangkan dalam tulisan adalah awal kemampuan menggagas ide-ide. Dari dua contoh sederhana Pelajaran Menulis Indah dan Mengarang pada awal orde baru dan kini menjadi terpinggirkan, sadarlah kita bahwa kemampuan menggagas ide-ide dari anak bangsa tengah dipertaruhkan. Fasilitas HP dan Laptop untuk menulis dengan mengetik, tidak berdaya ketika kewajiban menulis tidak lagi menjadi daya dorong yang diwajibkan bagi anak didik.

Sebagai penutup, dari rangkaian keberhasilan yang diperoleh TEN Ketika melakukan safari pelatihan menulis ke Jawa Timur, yang perlu diperhatikan bersama adalah Menjaga Momentum dari sukses tersebut. Menjaga Momentum adalah kegiatan yang harus dilakukan untuk tetap menjaga semangat menulis tetap “mengudara.”

Hal itu bisa dilakukan bersama oleh para Sahabat TEN, awak tintaemas.co.id dan seluruh pemerhati pembelajaran menulis bagi anak bangsa. Antara lain dengan terus melakukan kampanye masif betapa pentingnya menulis di berbagai media sosial atau media cetak dan elektronik. Di samping komunikasi verbal antar kawan dan komunitas di berbagai kesempatan. Dengan usaha keras bersama, yakinlah, Proses tidak akan mengkhianati Hasil.

Yogyakarta, 04 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This