Seperti tulisan usang tidak bermakna, tercatat, tertulis cukup panjang, dan terbaca setiap waktu oleh penginjak bumi pertiwi. Seraya tak berarti dan tak berguna, namun tetap dijadikan pijakan permanen setiap kali dikumandangkan.
Apalagi pada momen yang begitu tinggi nilainya, semua yang mempunyai kehendak menyuarakannya, seakan sebenarnya memang benar dan benar adanya. Kalau tidak semut-semut di dalam, di luar semakin bergentayangan melahapnya.
Sesungguhnya sangatlah tepat untuk memberikan batas-batas, baik pada garis vertikal maupun horizontal, namun masih ditabrak dibuatnya miring ke kanan dan kiri. Apalagi ada hal peluang menguntungkan, berlomba lari cepat secepat angin kehendak memorak-porandakan serta mencabut akarnya. Apakah memang demikian adanya untuk dilakukan?!
Berjalannya waktu pada tahapan paling tidak diketahui di titik terendah, tatkala perubahan belum terjadi berupaya bagaimana menggali lubang sedalam-dalamnya dengan kekuatan yang ada. Jika di kala waktu runtuh tak berdaya tarikan nafas masih dirasakan untuk kehidupan di masa mendatang.
Tampak kasat mata, lubang dua telinga mendengar, pikiran dan hati tersambung merasakan. Alangkah tidak tepat pada masa terang kahanan sedemikian rupa, di masa kegelapan tentunya tidak demikian. Bagaimana bangkit berdiri tegak di kaki sendiri, merapatkan ujung kaki saling memperkuat untuk kebangkitan dari cengkeraman.
Segar pemikiran memilah-milah, mati rasa dalam mengenang sesuatu hal yang tidak dilakukan. Meneruskan dengan berbagai cara atas kehendak kewenangan sesaat, teraih dalam genggaman, duduk bertengger bak raja sehari membawa palu gada, tiada terasa penggerogotan sendi di sisi paling dalam.
Jeritan hati mengendap di belahan relung rongga dada, terasa menangis tiada keluar air mata, kehendak mengangkat kedua tangan jeruji menghadangnya. Terasa berat menyanggah keadaan semakin memberatkan, berpijak di lapisan tanah maupun bebatuan seakan berpijak bukan tempat yang terlahirkan.
***
Pemikiran sudah hanyut, gelombang air samudra
Lepas terbebas tak tentu arah, berselancar menyenangkan
Kesempatan tiada terulang, kerugian tidak dilakukan
Hempasan bukan penghalang, tujuan tepat sasaran
Terang benderang di masa kini, dimanfaatkan pengejaran
Sejangkah kaki tidak diayunkan, terkunci sendiri
Ke dua tangan tidak dilambaikan, gagal kolaborasi
Beranggapan samar-samar, jutaan netra saling memandang
Kegelapan bagian masa kelam, terlepas dari cara pandang
Ukiran terpatri di masanya, hanya sebagai bayang-bayang
Biarlah berlalu bagian masa lalu, terkini perburuan silih berganti
Derapan langkah kaki teriringi, di antara satu dan lainnya
Suara terkumandang, seraya kebenaran ada dalam satu jiwa
Hanya bunyian semata, pada kenyataan hal biasa
Rintihan terdengung membahana, terdengar satu lubang telinga
Tiada terurai mempengaruhi, lepas landas tak berarti.
Surabaya, 30 Mei 2023
Yudi Ento Handoyo
0 Comments