Menilik kurunnya waktu perlintasan zaman yang saat ini dilalui, yang mana kita sadar, sesungguhnya menakutkan bahwa manusia memiliki perilaku atau tindakan yang berlipat lebih kejam daripada binatang. Mengapa demikian?!, Salah satu hal bahwa manusia dengan mudahnya menggunakan cuplikan nama-nama binatang sejenis anjing, babi, kera, kodok, kecebong ditujukan kepada sesama manusia. Jikalau diresapi, dihayati, dan dimaknai nama-nama binatang dimaksud, telah disamakan, diidentikkan, dipersamakan kesamaan dari sifat, karakter, akal, pemikiran, pola makan, jenis makanan, habitat, komunitasnya di antara manusia dengan para binatang.Â
Manusia dan binatang sama-sama memiliki cara masing-masing dalam habitat kehidupannya dan komunitasnya. Sang Maha Suci, menciptakan dalam bentuk, model apapun tidak akan salah seujung rambut. Sabdanya melebihi beban berat dari bumi, matahari, bulan, bintang dan semua rasi bintang, segala planet Mars, Merkurius, Neptunus, Pluto dan lainnya, seluas seisinya semesta raya yang kasat mata manusia secara biasa.
Hal demikian cara-cara fulgar penghujatan terjadi menggelora di dirgantara, bagaikan singa mengaung entah karena ingin bercinta, lapar perutnya, ingin menjadi raja belantara, ingin dikenal dan terkenal, dan mungkin apalagi yang ada dalam benak pikirannya. Inilah yang terjadi di habitat, komunitas manusia. Bagaimanakah jika terjadi di habitat komunitas binatang?! tentunya juga sama perilaku dan tindakannya barangkali demikian. Hanya bentuk antara manusia dan binatang sangatlah berbeda, namun cara-cara yang dilakukan dalam kehidupannya masing-masing tidaklah jauh berbeda salah satunya asas manfaat tujuan di dalam mempertahankan kehidupan.
Mencuplik salah satu mukjizat Nabi Sulaiman a.s. yang paling terkenal yakni berbicara dengan berbagai bahasa hewan bahkan membuat semua para hewan patuh pada perintahnya merupakan bukti kebenaran. Mukjizat ini pun telah dijelaskan dalam firman-firman-Nya melalui Al-Qur’an. Tinjauan dari firman tersebut yang terukir dalam Al-Qur’an dimaksud sangat begitu istimewa, Sang Maha Suci menurunkan mukjizat kepada para kekasih-Nya. Dapat ditelaah walaupun tidak mampu mendengarkan, tidak mengetahui apa yang dibicarakan, dirasakan, merasakan, kehendak, pemikiran, arah dan tujuan kehidupan sesuai spesiesnya dalam mempertahankan kehidupan sesuai kodratnya.
Yang dapat dirasakan oleh jiwa raga, merasakan detakan kalbu, dimungkinkan pembicaraan Nabi Sulaiman a.s. dengan para hewan bisa terarah senyuman, tangisan, tetesan air mata, kesedihan, kebahagiaan. Alangkah bahagianya para hewan dapat bertatap muka serta dapat diajak berbicara oleh utusan Allah Swt. yakni Nabi Sulaiman a.s..
Berkilas balik bagaimanakah perilaku, tingkah laku, dan tindakan manusia terhadap manusia lainnya yang mana melekat kepribadian, budi pekerti, adat istiadat, akhlak, merupakan ciptaan yang sempurna di mata Allah Swt.?! Sangatlah tragis, tidak terpuji menyuarakan hujatan, fitnah, mencaci maki, berkata-kata kotor, jorok, menipu, berkata bohong, memakan sesuatu yang bukan haknya, bukan peruntukannya, membunuh dengan kejam, menganiaya dengan kekerasan menimbulkan kematian, memutilasi, memakan daging sejenis dan lain-lain.
Kekejaman manusia melebihi batas, baik dalam hal yang terlihat, terdengar, dan bagaimana yang tidak terlihat masih terkandung di alam pikiran. Tidak selayaknya disebut manusia yang sempurna, yang berbudi luhur, dan berakhlakul karimah jika tindakan manusia berlipat lebih kejam dari pada hewan.
***
Pandanglah gedung pencakar langit, anggap jiwa raga
Kuat dan gagahnya bertengger, berdiri tegak tak akan runtuh
Kerlap-kerlip sorot lampu, menghiasi bak surga dunia
Bagus tidaknya organ dalam, tiada yang merasakan
Sisi luar sebagai simbol, bagian dalam ada lubang dan celah
Label sebagai jargon, yang terucap dianggap benar
Berteriak lantang bergelora, seakan meruntuhkan benteng pertahanan
Api menyala-nyala, menyulut kemarahan semata
Kerasnya pikiran, hati, seperti kerasnya batu karang
Kalimat terlantun tajam, meniadakan kesantunan
Berlomba melontarkan kalimat tertera, suara membabi buta
Dengan bangga berjingkrak, lima jari menepuk dada
Tegaknya jiwa raga, tak sepadan isinya periuk
Besar, kecil tiada bedanya, kadar yang menentukan
Kelarutan jiwa raga, efek komunitas menyertai
Gelombang kerusakan adab, moral, menjulang tinggi
Surabaya, 17 Juni 2023
Yudi Ento Handoyo
0 Comments