Setiap orang pasti pernah mengalami kebosanan, depresi dengan segala masalah yang sama, kebosanan, rutinitas yang itu-itu saja. Padahal segala masalahnya sama saja “yaa itu-itu saja”.

Apalagi seorang guru, mau tidak mau, suka tidak suka, wajib dan harus mau menjalankan tugas.

Pikirku, kenapa harus bosan. Bukankah itu sudah jadi pilihan hidup dan mungkin juga cita-cita.

Sedangkan segala masalah yang ada itu selalu sama, cuma beda cerita saja dan aktor-aktris yang terlibat silih berganti.

Pikirku cuma perlu sedikit seni mengolah masalah, dan masalah-masalah yang ada bisa dijadikan properti panggung teater, buku, cerpen, puisi mungkin dan masih banyak lagi.

Kadang lucu juga ketika dengar keluh kesah kawan-kawan guru, bangun pagi pulang sore, sampai rumah setumpuk tugas menanti, tidur pagi bangun pagi, murid bandel nakal menyebalkan bodoh “dan aku tidak setuju, murid dikatain bodoh, kamu saja yang begitu membosankan ketika mengajar.”

Yang jadi pertanyaanku, sering kali rapat itu ngobrolin apa aja?

Kenapa tidak ngobrolin “pencarian solusi, biar anak didik tak sekedar cerdas otak, tapi juga cerdas hati, kecerdasan hati”.

Guru bukan sekedar profesi atau kerjaan, tapi sebuah pengabdian tanpa pamrih.

Tapi guru juga butuh hidup layak, pendidikan anak-anak guru juga layak.

Dan itu tugas wakil rakyat dan pemerintah.

Bagaimana ceritanya seorang guru dengan tuntutan wajib S1, tapi kehidupan dirinya dan keluarganya, anak-anaknya tidak bisa mendapat pendidikan baik.

“Guru tidak cuma PNS, pak Presiden.”

“Anggaran pendidikan jangan dihabiskan untuk hal-hal yang tidak penting”.

Miris anak-anak generasi masa depan, hidup di negeri yang katanya merdeka, jika pendidikkan begitu diabaikan.

Kokohnya beton tak berarti buat kami tersenyum.

Guru guru hebatlah yang buat kami tersenyum.

Pajangan-Bantul, 24/11/2021