Di hari kemerdekaan ini, 17 Agustus 2021, ketika sedang asik menikmati berita soal perayaan Tujuh Belasan Agustus di media sosial, di laman Facebook saya melintas tulisan status dari saudari saya Mardiyah Chamin, mantan jurnalist senior dari media nasional Tempo. Isinya soal organisasi penulis dia yang disebut Satupena.
Saya agak sedikit kaget, tulisanya sepertinya bernada curhatan mengenai soal internal organisasi yang sepertinya sedang terjadi friksi dan berujung lahirkan dualisme organisasi. Kubu A dan Kubu B.
Saya bukan penulis serius seperti mereka, hanya sesekali saja menulis di koran, dan jurnal apabila ada isu serius yang perlu ditanggapi atau disampaikan sebagai opini. Motivasi saya juga masih rendah dalam menulis, kadang sengaja menulis untuk mendapatkan honor hahahaa….dan sepertinya juga perlu bantuan para penulis senior fi Satupena agar lebih bersemangat menulis serius. Tentu dengan tetap konsisten menulis dalam bentuk status di media sosial berisi curhatan menye-menye soal keseharian.
Terlepas dari persoalan yang terjadi di internal Satupena, saya langsung menyahut dengan komentari status FB Mardiyah, bahwa organisasi-organisasi sosial apapun itu di Indonesia, apabila sudah mendekati Pemilu biasanya selalu ada saja yang berniat untuk melakukan perebutan jabatan untuk misi “politik pragmatik”. Setidaknya biasanya digunakan sebagai batu loncatan untuk promosi karir, jalin kelindan bisnis, promosi politik, pengamanan kepentingan tersembunyi politik pragmatik, atau apa sajalah itu motivasinya.
Akhirnya nasib organisasi menjadi seringkali jadi terseret seret ke soal yang tidak substansial demi perjuangan kepentingan bersama. Alih alih berkembang untuk perjuangkan tujuan besar organisasi malahan dapat sebabkan nasib organisasinya semakin suram.
Organisasi Satupena ini, menurut catatan yang saya peroleh dari media online, didirikan di Solo pada tahun 2017. Lalu diceritakan oleh Mbak Mardiyah kalau organisasi ini ternyata baru saja adakan semacam rapat besar anggota yang isinya para penulis. Namun rupanya, sifat rapatnya luar biasa yang berujung munculnya dualisme kepengurusan.
Organisasi penulis dan kepenulisan ini tentu sangat penting artinya bagi para penulis. Apalagi untuk para penulis pemula, amateur dan belum banyak publikasi seperti saya.
Asosiasi Penulis ini bisa jadi media bersama para penulis dan mereka yang berminat untuk jadi penulis untuk saling belajar dan bertukar pikiran, menjadi media untuk advokasi regulasi dan kebijakan agar berpihak pada kepentingan publik luas ekosistem kepenulisan, menjadi alat untuk capai kesejahteraan bersama bagi para penulis dan lain sebagainya.
Mbak Mardiyah di laman FB nya juga menyebut perubahan model kepengurusan yang sifatnya kolektif kolegial untuk menepis munculnya dominasi kepemimpinan organisasi di masa depan. Ini ditindaklanjuti dengan terpilihnya 5 orang pengurus baru.
Saya tambahkan dalam komentar saya bahwa sebagai orang koperasi “garis keras”, bagus juga kalau asosiasi Satupena itu diarahkan menjadi badan hukum koperasi. Tujuanya adalah untuk memperkuat organisasi dengan garis penuntun nilai dan prinsip koperasi untuk memudahkan menutup berbagai intrik politik atau apapun untuk kepentingan pragmatik individu dan kelompoknya.
Saya tambahkan dalam komentar bahwa model koperasi ini cocok untuk asosiasi semacam profesi penulis ini karena koperasi itu organisasi demokratis yang secara self-regulated mengakui persamaan hak dalam pengambilan keputusan dari setiap anggota, satu orang satu suara betapapun andil orang itu dianggap besar.
Banyak orang yang tidak tahu bahwa organisasi koperasi modern pertama dideklarasikan 1844 silam di Inggris itu sesungguhnya sebagai deklarasi kesetaraan manusia, bukan hanya sebagai “launching” badan usaha. Koperasi pertama itu bernama “The Equitable Society of Pionners of Rochadale”. Masyarakat Setara dari Rochdale.
Badan usaha koperasi itu hanya alat saja untuk memperkuat tujuan orang orang berkumpul, bukan sebagai tujuan. Modal material finansial, jaringan, kekuasaan dan lainnya di koperasi hanya diperankan sebagai alat bantu bukan sebagai alat penentu keputusan keputusan organisasi untuk mendapatkan benefit bukan profit.
Dalam praktek koperasi yang baik di seluruh belahan dunia, berlaku istilah pemimpin koperasi itu hanya yang pertama dari yang sama, “the first among equal”. Bukan bergantung pada individu kuat dan patronage. Walaupun dalam soal ekonomi tetap bersifat resiprokatif, bertransaski dan investasi besar dapat manfaat ekonomi besar.
Kepemimpinan koperasi juga seperti diibaratkan sebagai seorant pramugari/ pramugara, tugasnya memastikan semua berjalan aman, nyaman, melayani dengan yang terbaik, dan memberikan ketegasan kepada siapapun tanpa pandang bulu demi statuta dan visi serta misi organisasi.
Selain itu, asosiasi Satupena dalam bentuk koperasi ini juga akan membawa pertanggungjawaban yang lebih jelas karena koperasi itu selain mengemban misi sosial sebagai karakter dasarnya juga perlu pertanggungjawaban pelaksanaan usaha ekonomi dengan laporan keuangan yang aturan dan konsekwensi hukumnya lebih jelas apabila tidak dijalankan. Dalam soal bisnis setidaknya yang dilaporkan bukan hanya soal sisa atau saldo kas sebagaimana terjadi pada kebanyakan perkumpulan.
Identitas ganda koperasi, sebagai organisasi berwatak sosial dan berwatak ekonomi juga memungkinkan organisasi ini untuk bergerak lebih lincah dan fleksibel untuk mendorong anggota dalam mengembangkan usaha usaha produktif dengan asas subsidiaritas koperasi. Apa yang penulis tidak bisa kerjakan sendiri sendiri dikerjakan koperasi, apa yang sudah dikerjakan anggota tidak perlu dikerjakan oleh koperasi.
Jalinan kepentingan bersama antar anggota juga akan menjadi lebih riil bangun simbiosis mutualisme dan bersifat natural. Sebab praktek berkembangnya koperasi yang baik di berbagai belahan dunia itu dimulai dari kebutuhan riil dan dimulai dengan aktifitas sederhana dengan kesadaran serius akan manfaat dari sumberdaya yang diinvestasikan dan resikonya.
Kalau benar bahwa Satupena ini kemudian mau berubah jadi badan koperasi, maka ini akan jadi organisasi kepenulisan basis koperasi yang pertama di Indonesia. Bukan hanya akan memberikan manfaat bagi penulis, bahkan dengan modular kelembagaan mutakhir koperasi multipihak yang juga ikut merekrut anggota konsumen, penerbit, pemodal dan lain lain maka bukan tidak mungkin akan menjadi organisasi besar yang disegani pengaruhnya dan akan ikut mendorong terjadinya akselerasi tumbuh kembangnya koperasi di sektor ekonomi kreatif lainya yang saya lihat potensinya sungguh sangat besar. Lebih penting dari itu, maka ekspolitasi korporasi bisnis pengejar profit semata akan semakin kehilangan relevansinya.
Jakarta, 17 Agustus 2021
Suroto
Pegiat Koperasi, suka menulis status di Medsos
0 Comments