Mati Terhinalah Dengan Kesombonganmu!

by | Oct 9, 2021 | Pojok

Visits: 0

Banyak yang larut dengan kisah sedih dan duka yang menimpa banyak orang, yang kemudian terus saja diumbar dan dijadikan “barang dagangan” untuk mendapatkan simpati dan pengertian. Memang sangat menyedihkan tetapi seringkali juga justru menjadi mata pedang yang merusak dan menghancurkan ketika semua kisah tersebut dijadikan alasan untuk membenarkan perilaku buruk yang dilakukan. Rasa minder dan ketakutan mengakui salah bisa membuat seseorang menjadi lebih sombong dan congkak dibandingkan dengan mereka yang mereka tuduh!

Tidak ada yang mau dilahirkan miskin, susah, banyak masalah, dan memiliki fisik yang dianggap tidak sempurna, tetapi semua itu adalah guratan takdir dari keadilan Yang Maha Adil. Jika benar yakin dan beriman atas kebesaran Allah, tentunya tidak perlu kemudian semua ini dijadikan pembenaran untuk merasa malu, minder, dan ingin selalu dimengerti atau dianggap benar kemudian. Apalagi bila mampu bangkit dan beranjak dari kesusahan, baru sedikit saja sudah congkak minta ampun. Ke atas menjilat, ke samping menyepak, ke bawah menginjak. Saudara sendiri pun tega dijadikan “babu!”, meski dengan alasan menolong.

Tidak perlu juga takut dan kemudian menjadi nyinyir dengan mereka yang terlahir berbeda, dengan sendok perak, emas intan berlian, dan segala kemewahan yang ada. Belum pernah dan tidak tahu apa yang terjadi – semua memiliki masalah dan mengalami susah dan duka, orang paling kaya di dunia pun bisa menangis! – sudah lantas menuduh dan terus “dinyinyiri”. Tidak bisa membedakan mana yang benar-benar kaya dan elite, mana yang OKB dan miskin hati pemikiran.

“Ibu tinggal di perumahan elite, ngapain sekolahkan anak di sini? Ini tempat rakyat kecil, tukang ojek, tukang parkir, orang susah!,” demikian makian seorang orang tua murid di sekolah anak saya beberapa tahun lalu.

Tentunya saya terkejut, sebab saya dan anak-anak justru memilih di sekolah biasa karena ingin berbaur. Tidak ada perbedaan yang semestinya terjadi apalagi di dalam menuntut ilmu, semua berhak mendapatkan dan dari mana saja. Apa salahnya sekolah di sekolah biasa bersama dengan semua?! Kenapa justru dilarang, dibully, dan diusir?! Apa salah saya dan anak-anak?!

Begitu juga dengan beberapa kali pengalaman pahit dituduh “tidak pantas” berada dalam sebuah lingkungan hanya karena dianggap “terlalu tinggi”. Membuat saya berpikir, sebenarnya siapa yang sombong? Saya berusaha untuk melepaskan dari segala status sosial dan segala macam duniawi, tetapi kenapa justru malah diperlakukan demikian?! Minder, kok, jadi sombong?!

Belum lagi menghadapi mereka yang paling takut dianggap bodoh, minder, dan sudah berbuat salah. Sikap difensif dan offensif yang berlebihan justru semakin menunjukkan. Terus saja menuduh, tidak mau kalah, berusaha menghancurkan dengan berkata dan bercerita buruk ke mana-mana untuk mendapatkan dukungan, bahkan lewat dusta dan tangis, tidak pernah berani mengakui salah, dan ngamuk-ngamuk terus. Jika diajak diskusi dan musyawarah tidak bisa, maunya debat, debat, dan berantem saja. Lucu!

Benar kata pepatah, padi makin berisi makin merunduk. Begitu juga dengan petunjuk alam, bahwa bebek itu cerewet dan menjulang lehernya karena hanya bisa mengekor. Buah yang matang tidak takut jatuh atau dipetik. Mereka yang minder, sombong, dan pengecut karena tidak mengakui salah hanya bisa “menunjuk jari” dan memberi nasehat. Ucapan dan tulisan tidak sama dengan perbuatan, hati dan pikiran menjadi sempit. Jangankan memberikan perubahan yang baik dan bahagia, untuk mengubah diri menjadi lebih baik dan membahagiakan diri sendiri serta keluarga saja tidak mampu!

Mati terhinalah dengan kesombonganmu, wahai manusia yang merugi! Dirimu bisa berlagak dan mengaku rendah hati dan berlagak baik hati, tetapi semua dusta dan kemunafikan tetap terlihat dan dicatat Yang Maha Kuasa! Sehebat-hebatnya dirimu, tetap tidak akan ada yang mampu melawan kuasa Allah!!!

Bandung, 7 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This