Masih Tentang Jarak

Sep 24, 2021 | Essai

Dari pagi hingga ke pagi kakiku terus melangkah menghadapi hari-hari yang berat, hari-hari yang menegangkan, hari-hari penuh misteri, hari-hari tanpa hadirmu, tanpa kabar darimu.

“Tenang saja,” ucap hatiku, bahwasannya kau pergi bukan tuk menghilang, kau pergi bukan untuk meninggalkan, tetapi engkau pergi untuk masa depan, untuk sebuah cita-cita yang kelak akan kau capai, ya aku mengerti. Dan kau memintaku menunggu, akupun menyanggupinya.

Aku hanya meminta kepada sang pemilik hati untuk menguatkan hatiku untuk menantimu, untuk setia pada satu nama.

Aku tak pernah menyangka bahwa orang nya adalah kamu, yang semasa sekolah menengah pertama sering diam-diam memperhatikanku, diam-diam mencari tahu tentang aku, diam-diam menyimpan rasa terhadapku. Aku tak pernah menyangka bahwa kau dulu begitu mengagumi sosok diriku.

Aku yang tak pernah santai saat berbicara, yang emosi nya masih sulit di kendalikan, yang sering terbilang galak oleh satu angkatan, dan yang tak pernah merasa bahwa ada sosok yg diam-diam sedang mengagumi. Masa-masa putih biru kau bilang kelabu, pasalnya kau diam-diam terluka ketika aku bersama yang lain, ketika aku bersama dengan sahabatmu sendiri, tak hanya sekali. Aku menyakitimu berkali-kali, tanpa aku sadari.

Kau terluka sendirian dan aku sungguh tak mengetahui akan hal itu. Hari-hari pun berlalu, kita menemui sosok baru dalam hidup, kita mencintai orang-orang yang sedang masuk dalam hidup, kita sama-sama mencari sosok yg tepat. Tapi mengapa kita begitu buta, mengapa kita tak saling tatap, mengapa kita tak saling percaya.

Aku masih dengan egoku, aku masih dengan ketidaktahuanku akan rasamu dan kau masih dengan diam mu, masih dengan sabarmu dan masih menyakiti hatimu sendiri.

Bagiku, kau tak lebih dari sekedar teman curhat semasa SMP, terkadang aku sempat lupa akan hal-hal yang kita lewati bersama, namun kau mengingatnya bahkan sangat detail yang aku sendiripun bahkan sulit mengingatnya sama sekali.

Tuhan berkehendak lain, kau dan aku dipertemukan kembali. Saling berkabar untuk menghadiri pertemuan pertama setelah 5 tahun berpisah, setelah pertemuan itu, aku pikir kau akan melupakan dan melanjutkan kehidupanmu kembali tanpa aku. Nyatanya setiap hari aku selalu menerima pesanmu, menerima telfonmu, mendengar cerita dan celotehanmu setiap malam. Beberapa hari terbiasa denganmu, dengan kabarmu, membuatku semakin merasa istimewa dan hidup bagaikan tak lagi hampa.

Aku masih bertanya mengapa orang nya adalah kamu?

Kamu yang sering mengantarku ketika aku meminta pergi ke suatu tempat, kamu yang sering mendengar curahan hatiku,
Kamu yang membantuku ketika aku kesulitan
dan kamu yang pernah mencintai sahabatku.
Entah mengapa orangnya adalah kamu.
Dan, aku tak pernah menyesal telah mengenalmu, Tuhan hadirkan sosok dirimu untuk mencairkan aku yang sekeras batu, untuk melengkapi hidupku, untuk mewarnai hidup bersama, untuk menjadi tempat berkeluh kesah selepas lelah.

Aku tak pernah meminta sebuah status dalam hubungan kita ini, sebelum kau memang serius denganku. Aku tahu kau ingin memfokuskan diri terlebih dahulu pada pendidikan dan karier. Akupun sama, aku sedang berjuang untuk meraih gelar sarjanaku dan kau sedang berjuang untuk meraih dan meningkatkan pangkatmu.

Aku tak pernah berhenti berterimakasih dan tak pernah berhenti bersyukur atas hadirmu dalam hidupku, kau terbaik yang aku punya.

Hari demi hari kita lewati, kau sibuk dengan pendidikanmu, terpenjara dalam asrama penuh rindu, aku sibuk dengan bekerja sembari menempuh pendidikan untuk mengejar gelar sarjanaku. Kita tidak pernah saling menuntut untuk ini, itu. Aku memahamimu, dan kau mengertiku. Cukup saling percaya dan saling memahami kita mampu melewati semua ini dengan penuh kasih. Terimakasih telah menjadi bagian istimewa dalam hidupku, terimakasih telah datang pada waktu yg diperlukan, pada waktu yang tepat, terimakasih kau bisa menerimaku dihidupmu dengan segala kekuranganku.

Sekali lagi, aku telah yakin kepadamu. Sabtu menunggu… Kau ingin berjumpa denganku, rindu yang kian hari kian menggebu, kita adalah dua insan yang menahan rindu dan menanti sebuah temu. Sangat ku nantikan pertemuan ini. Inginku lebih lama bersamamu, inginku lebih lama disampingmu, kekacauanku sirna setelah melihatmu. Kerumitan yang hinggap di otakku menghilang setelah bertemu denganmu.

Ada getaran yang hebat saat tangan kita saling bersentuhan, saat kau genggam jemariku, saat kita berjalan dengan genggaman yang menghangatkan.

Aku sangat sadar, bahwa aku sudah sangat yakin padamu. Aku sangat sadar bahwa pintu hatiku telah terbuka untukmu. Saat itu, aku benar benar menyayangimu. Saat itu aku benar benar tak ingin kau tinggalkan dan saat itu kau kembali tinggalkan perasaan rindu di dadaku. Dan kini lagi lagi aku merindu sosok dirimu.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This