Karena ada keperluan mendesak, Aku tak sengaja terjebak di sebuah pasar yang entah apa namanya. Gerbang masuknya sudah sangat mengenaskan, khawatir roboh saat diterjang angin. Mengerikan. Tumpukan sampah yang menggunung di samping tembok pasar, memperkeruh pikiran. Lusinan bahkan ratusan lalat bersafari disana. Aroma yang cukup memualkan menyeruak menebar ke udara.
Kuberanikan diri untuk masuk, disambut teriakan para pedagang yang ingin mendapatkan perhatian untuk barang dagangannya. Saling bersahut seperti melodi yang unik. Di sebelah kiri para pedagang sayur berbaris rapi. Hanya ada beberapa pedagang kain yang terlihat mencolok di tengah kehijauan.
Di sebelah kanan berjejer para pedagang ikan. Mulai dari ebi kecil sampai tuna kelas berat. Para pedagang ikan sedikit lebih lantang dalam menjajakan dagangannya. Beberapa sedang memotong ikan menjadi potongan yang diinginkan. Namun di tengah hiruk pikuk suasana pasar, anak-anak kecil sedang berlarian dan tertawa. Sempat membuat beberapa ibu tampak panik. Tidak jelas apa yang mereka khawatirkan, anak-anak jatuh lalu terluka atau dagangan jatuh ditabrak mereka.
Yang jelas “manusia-manusia pasar” memang terlihat sibuk. Ada yang sedang belajar menjajakan dagangan, terlihat antusiasmenya untuk belajar. Beberapa seperti sudah sangat handal menangani pelanggan. Juga bapak-bapak yang sedang bermain catur, sangat serius dan berusaha untuk memblokade sang ratu. Diteriaki dan didukung pendukung masing masing. Hampir luput dari pandangan, pengemis paruh baya yang terlihat lusuh. Jika diperhatikan lebih detail, raganya cukup bugar, matanya pun cukup cerah untuk seorang yang kelaparan. Ia hanya tertunduk ke bawah sambil sesekali melirik orang yang lewat. Menampakkan wajah memelasnya. Intinya semua sibuk dengan “Dagangan” masing-masing karena kualitas mereka dipertaruhkan disitu.
Pintu keluar nun di seberang sana, namun sebelum keluar sempat terpikir untuk membeli bawang merah. Agar tidak aneh terlihat sedang mengawasi perilaku manusia-manusia pasar. Akhirnya setengah kilogram bawang merah segara kubeli tanpa menawar kepada ibu-ibu tua pedagang sayur mayur. Setelah itu bergegas aku keluar pasar dengan perasaan haru tanpa menoleh lagi ke belakang. Manusia-manusia pasar…
Sukabumi, 26 Juli 2021
0 Comments