Magisnya Pemindahan “Alif” di Tomara

Aug 30, 2021 | Warta Berita

Kepulauan Halmahera Selatan di Propinsi Maluku Utara, tidak hanya kaya akan alamnya yang indah, terutama laut dan pantai. Juga hasil laut yang berlimpah. Namun yang menjadi pusat perebutan Kepulauan Halmahera Selatan khususnya dan Maluku Utara umumnya sejak zaman Belanda dan Portugis adalah produk perkebunan Cengkeh. Orang Portugis menyebutnya Las Ilhas de Cravo – Kepulauan Rempah-rempah, yang menjadi primadona Maluku Utara.

Namun selain keindahan alam, hasil laut, dan cengkeh, Kabupaten Halmahera Selatan juga mempunyai tradisi-tradisi keagamaan unik yang menarik disimak. Gugusan pulau pulau di Kabupaten Halmahera Selatan (HalSel) Pulau Obi, Pulau Bacan, Pulau Makian dan lain-lain menyimpan cerita-cerita dan tradisi keagamaan unik. Tak terkecuali di Kampung Tomara, Kecamatan Bacan Timur Tengah, Pulau Makian. Tak Heran, sekian banyak tradisi keagamaan unik itu tak lain karena gugus Kepulauan Halmahera Selatan terutama Bacan adalah keturunan kerajaan tertua dari Moloku Kie Raha (Persatuan Empat Kerajaan) yakni Kerajaan Makian, Jailolo, Ternate dan Tidore.

Pernah lihat video pemindahan kubah masjid yang bisa terbang berputar sendiri dan hinggap di atap masjid yang baru? itu konon terjadi di Ternate, kalau tak salah info. Dan hal-hal berbau magis dalam tradisi keagamaan di Kepulauan Maluku Utara sudah dianggap biasa. Cerita teman di sana, orangnya sakti-sakti.

Wahyu K Sangaji, mahasiswa asal Tomara, Pulau Makian HalSel yang kini kuliah di STTNAS/ITNY Jogja bercerita kepada tintaemas.co.id., bahwa setiap mahasiswa Maluku Utara yang merantau ke luar pulau, utamanya ke Jawa, rata-rata punya ilmu kedigdayaan. “Bahkan ada yang bisa kelahi sambil terbang,” ujarnya terkekeh.

Adalah peristiwa adat Pemindahan “Alif” yang amat sakral di Kampung Tomara, Pulau Makian. Kampung asal Wahyu K Sangaji atau Bayu Sangaji, nama kecilnya.

Upacara adat pemindahan “Alif” bukan sembarang Alif. Tetapi “Alif” adalah sebutan khas untuk kubah masjid baru, lengkap dengan tiang besi paling pucuk di atas kubah masjid/musholla tempat menambatkan lambang bulan dan bintang. Lambang khas masjid dan musholla seluruh dunia. di Kampung Tomara, pemindahan atau pemugaran masjid/musholla harus didahului dengan ritual adat membawa “Alif” keliling kampung Tomara sebanyak tujuh kali putaran tawaf. Ritual keliling kampung tujuh kali itu harus diikuti oleh segenap warga kampung, para tetua adat, para modin masjid, Imam-imam dan Imam Masjid, serta tetua kampung dan penduduk. Para pengurus masjid/musholla (modin) yang ikut diwajibkan memakai busana serba putih. Mungkin maksudnya adalah lambang kesucian.

Di Tomara, membongkar atau memugar masjid/musholla adalah perkara ritual suci. Untuk memindahkan atau membongkar pintu masjid/musholla saja, bukan perkara sepele. Harus dilakukan oleh orang tertentu, umumnya para imam atau keturunannya yang masih hidup. Tidak boleh dilakukan oleh sembarang orang. Jika dilanggar, ada konsekuensi tertentu yang ditakuti penduduk, misalnya pelaku pembongkaran yang sembarangan tersebut bisa jadi menjadi gila atau hal buruk lain ke depan. Karenanya, ritual-ritual sakral di Tomara menjadi tradisi unik sekaligus khusyu’ bernuansa magis.

Setelah ritual keliling kampung tujuh kali membawa “Alif”, barulah kubah masjid baru tersebut bisa dipasang di atas bangunan masjid/musholla yang dipugar atau dibangun. Penaikan pun harus disertai adzan oleh tetua kampung dengan syahdu (lihat video di bawah-di Kampung Maba, Halmahera Timur). Hal itu disaksikan oleh orang banyak yang ikut dalam ritual adat keliling kampung. Tidak seperti di daerah lain di Indonesia, upacara penaikan atau pemindahan kubah masjid baru di Maluku Utara menjadi sesuatu yang amat sakral.

Bayu Sangaji, yang kebetulan anak seorang Kifli Halil, Kepala Desa Tomara yang pernah kuliah di Jogja juga, cukup merasakan segala ritual tersebut sejak kecil. Dan banyak lagi kisah dan tradisi unik Pulau Makian dan pulau-pulau di HalSel yang layak diceritakan. Tradisi, kisah dan legenda kampungnya, cukup membentuk watak dan karakter Bayu yang keras, sebagai anak rantau Maluku Utara yang telah empat tahun menuntut ilmu di Jogja. (017)

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This