Kejahatan seksual tidak perlu wajah ganteng atau cantik, bukan karna ada kesempatan atau niat, dan itu semua sekedar alasan alibi dalil pembenaran saat hari sialnya tertangkap basah atau keberanian para korban korbannya mengungkap fakta pahit hidupnya.
Segala kejahatan tidak bisa lepas dari perjalanannya hidupnya, pendidikan dini dari keluarga membentuk mental-mental berahklaq mulia berani dan benar “wujud bekal orang tua tuk anaknya ketika keluar rumah dan menjaga dirinya”, kehidupan di luar rumah seperti rimba belantara, seperti halnya puncaknya gunung yang terlihat dari jauh, begitu indah dan mengagumkan menghipnoptis siapa saja yang memandangnya, dengan segala daya upaya pasti ingin memiliki meski hanya sekejap, meski dirinya tahu itu tidak mungkin.
Segudang modus dipikirkan tuk menipu, memanipulasi, membolak balikkan dalil tuk pembenaran.
Rayuan Jepang, rayuan Eropa, rayuan Amerika, rayuan Korea, rayuan pengampunan dosa, rayuan surga, rayuan ancaman, ribuan rayuan sampah cadangan tersimpan di otak yang kotor.
Realita di masyarakat kita, kebanyakan sekadar jadi pendengar dan takut bertanya, apalagi berani membantah ketika sang tokoh melakukan kesalahan, menegur pun sungkan.
Sudah lama saya mengkritisi, soal budaya tembok tinggi “benteng”, yang aku maksud bukan sekedar pagar tembok tinggi, tapi lebih dari itu.
Tembok kebijakan dengan dalil aturan dan keamanan, menurutku semakin tinggi tembok batasan semakin berbahaya bagi kaum lemah dan termajinalkan.
Seharusnya pemerintah sebagai regulator kebijakan bisa berfikir dan mengeluarkan kebijakan yang tepat, minimal untuk meminimalisir kasus kasus kejahatan seksual khususnya dan kejahatan kejahatan lainnya pada umumnya.
Pembinaan, pengawasan terus menerus dilakukan tiap saat, baik itu murid guru pengelola lembaga lembaga pendidikan formal dan non formal, masyarakat sekitar juga harus dilibatkan dan terlibat aktif sebagai pengawasan.
Cukuplah segala peristiwa terjadi akhir akhir ini jadi acuan perbaikan sistem pendidikkan di negeri ini, pendidikan di negeri ini sudah jatuh pada titik terendah jika kita mau jujur “darurat akhlaq dan minimnya tauladan baik”, yang lebih miris dan memilukan lagi, berbohong jadi hal biasa di negeri ini, tanpa malu malu.
Selamatkan anak anak negeri, sebelum hanyut terlalu jauh.
Martoyosri, bantul 19/12/2021
0 Comments