Ribuan kunang-kunang menari mengikuti aliran angin yang meliuk gemulai membentuk guratan keharmonisan. Mereka tak pernah saling berbenturan. Terbang dengan formasi indah menakjubkan. Sinyal yang mereka kirimkan kepada alam mempercantik malam yang terasa pekat menggelap. Bisikmu ditelingaku menggelitik.
“Siapa yang lebih cantik, aku atau kejora di sana?” bisiknya.
Aku hanya tersenyum menatapnya. Ingin kudekap rasanya tubuh mungilmu.
“Bagiku kau lebih mempesona.”
“Mengapa?” tanyanya.
“Darimu ku mengenal ribuan kunang-kunang di setiap kisah yang manusia tuliskan.”
“Kisah apa yang mengharukan dariku?”
“Kau rela terbakar oleh terangmu demi manusia yang kesepian. Terkadang terangmu syahdukan para pecinta yang mudah jatuh cinta.”
“Apakah kau pernah jatuh cinta?” bisiknya perlahan sambil mengerjabkan matanya yang berkaca-kaca.
“Padamu? Selalu. Aku jatuh cinta pada malam. Saat malam tiba kumerindukan kerlipmu. Saat itulah alam memelukku dengan hasrat membuncah, meluahkan cinta pada deretan kata.”
Ku akhiri malam ini bergelung manja di ribuan kunang-kunang. Berharap pujangga menjemputku untuk menari bersama hingga fajar tiba.
Bogor, 10 Oktober 2021
0 Comments