Kritis Konstruktif Pemikiran

Kritis konstruktif pemikiran setiap insan manusia yang terlahir. Melalui proses perambatan cukup panjang, menapaki setiap jenjang yang hendak diraih dalam mengisi keilmuan, profesi, wawasan, pengalaman, dan kegiatan lainnya. Sangatlah dibutuhkan kritisnya konstruktif pemikiran, sebab manusia hidup dan kehidupan membutuhkan pengembangan dan berkembang setiap kurunnya waktu. Apakah kritis konstruktif pemikiran menjadi kendala, ancaman dan dapat menimbulkan persinggungan pemikiran?!

Pengetahuan, keilmuan, wawasan pada dasarnya terarah kompetitif positif, bukanlah persaingan di dalam menghadapi permasalahan. Namun sebagai perangsang melengkapi, terkait hal-hal realita yang dihadapi. Jikalau hal tersebut menjadi sebuah ancaman karena pemikiran yang berbeda, meski tidak menabrak norma-norma, maka dapat menimbulkan dampak psikis. Hal inilah yang menjadi pewarna keadaan, pada kondisi lingkungan sosial masyarakat sesuai tingkatannya.

Mengapa demikian yang terjadi? Apalah arti adanya berbagai lembaga pendidikan, formal dan non formal, berbagai disiplin ilmu, dan berbagai profesi yang diemban digayuhnya. Jika demikian adanya yang dapat menimbulkan risih, telinga tipis, dianggaplah berarti dan tidak berarti, timbulnya arogansi diri, maka terarah menjadi pernik-pernik tidak sehat pemikiran.

Kritis konstruktif pemikiran sangat dibutuhkan, tanpa adanya pemikiran yang kritis, terasa mati dan tidak ada kehidupan. Ibarat anak bayi yang baru dilahirkan, dan seorang ayah menggendong, menimang dan berkata, “Jadilah anak sholeh, berbakti kepada orang tua.”

Apakah sebatas seperti itu bukankah lebih baik dikembangkan dan dijabarkan?! Tak ubahnya dengan sebuah air, kapankah air tenang, menggelombang pelan dan keras, menghanyutkan, dan menarik dengan secepat kilat, bagaikan kilatan halilintar.

Frasa terbentuk dari sebuah kata terangkai sebuah kalimat, terbentuklah arti, makna dan pengertiannya. Demikian, bila terdapat ide, gagasan dan pola pemikiran menyatu, fokus pada sesuatu hal yang menjadi pembahasan, pemecahan masalah, saran dan masukan merupakan nilai yang patut ditempatkan. Terkecuali yang sifat menyesatkan, merusak, menghancurkan pelan-pelan, tiada dirasakan dan mengesampingkan pemikiran yang jernih dan kekritisan yang mendetail jangka panjang, beban berat di kemudian hari yang menanggung dampaknya.

Bukannya kritis menilai seseorang atas kinerja yang dianggap tidak tepat, dan saling menilai serta mengungkit hal-hal yang tidak tepat pula, saling mengunggulkan, menghujat, merendahkan. Apakah model dan gaya seperti hal tersebut, yang patut untuk dilestarikan dan diukir setiap silih berganti peradaban?! Kritis Konstruktif pemikiran sangat dibutuhkan, dengan menjunjung tinggi nilai-nilai adab, moral, etika, akhlak, arah dan tujuan membangun ke masa depan lebih baik.

***

Hembusan pernik kritis konstruktif pemikiran, satukan jemari mengangkat bumi pertiwi

Tiadakan hujatan, hinaan, merendahkan, satukan daya rasa dan karsa

Saling menatap masa depan, pendar raya terbit dari ufuk timur

Merambat pelan pasti, dua puluh empat jam berkesinambungan.

Keseimbangan keselarasan terbangun, pada sebuah perlintasan

Duri tajam, ujung pedang berjajar, dilindas asas kebenaran

Senyuman penghantar kebahagiaan, seutuhnya terjelma membahana

Terbius dersik nirwana, rasa dingin menyelimuti jiwa

Kata tertata penyesatan tergilas, tiada lagi bermakna

Terdengar sayup-sayup, semakin menjauh senyap

Dikumandangkan seperti menyerang lawan, terkunci tiada yang mendengar

Terperosok tiada terasa, hanya sebuah nama terbang layang

Terlahir, menginjak, berlari cepat, mengukir di jagad mayapada

Keberanian bukan melawan, menyuarakan tidaklah pertikaian

Sumbangsih melalui tulisan, tiadakan cerita pengelabuan

Niatan berbagi cara dan sudut pandang, tidaklah jeruji-jeruji sebagai penghalang

Surabaya, 13 Juni 2023

Yudi Ento Handoyo