Keteguhan memiliki arti kekuatan atau ketetapan. Ini mengarah pada hati, iman, niat, dan sebagainya. Keberanian dalam ajaran Islam disebut Syaja’ah. Syaja’ah menurut bahasa artinya berani. Sedangkan menurut istilah syaja’ah adalah keteguhan hati, kekuatan pendirian untuk membela dan mempertahankan kebenaran secara jantan dan terpuji.
Memiliki keteguhan hati mendatangkan sejumlah manfaat dalam kehidupan, mulai dari lebih mudah meraih tujuan hingga meningkatkan kesehatan mental maupun fisik. Apa itu keteguhan hati? Kehidupan tidak pernah lepas dari cita-cita, tujuan hidup, pengambilan keputusan, hingga masa-masa sulit.
Keteguhan hati sangat diperlukan, dikelola dengan niatan yang kuat ikhlas dan tentunya perlu belajar, pembelajaran tahap demi tahap. Keteguhan hati tanpa perjuangan baik kedohiran dan spiritual tidak akan adanya kesimbangan, keselarasan.
Dan tentunya setiap kehidupan dan penghidupan memiliki cita-cita, tujuan, arah serta tindaklanjut kedepannya, bagaimana apa yang menjadi tujuan dapat terarah dengan baik. Kekuatan harus dibangun sejak dini, sedikit demi sedikit akan terbentuk, adanya nasehat secara stimulus tentunya akan mengukir setiap pemikiran, dan diberikan sebuah contoh-contoh riil yang dilakukan, sehingga akan memberikan rangsangan, dorongan dan motivasi serta secara perlahan membuka cakrawala pemikiran.
Mengapa sejak dini perlu diukir!, dari kondisi pemula masih lunak menyerap berbagai hal, dan kecenderungan mudah diserap, mudah dilaksanakan. Kehati-hatian sejak dini akan membawa dampak positif, negatif, kekeliruan dalam penerapan, pembelajaran, nasehat dan lain sebagainya, akan terarah membawa kerusakan pemikirannya, mentalnya. Hal demikian yang tidak dapat disadari sepenuhnya, bahwa pelan-pelan digiring kearah mana, proses awal pembentukan jiwa raga selaku insan manusia.
Keteguhan hati jika sudah terbentuk, terukir dari sebuah proses yang cukup panjang, dapat memberikan hal yang positif dan memberi manfaat baik diri sendiri dan lingkungannya. Dan kemudian keteguhan hati dapat bergeser, kembali pada insan manusia, apakah!, masih kuat ukiran yang sudah terjaga, ataukah terpengaruh pada sebuah lingkaran yang dapat mengubahnya.
Keteguhan hati bisa terkoyak, terbongkar dan menjadi kerusakan diri oleh karena dari berbagai sebab, yang mempengaruhi, atau keadaan diri manusia yang tidak lagi tahan akan kehidupan, lingkungan, dan lingkaran yang ada. Tentunya niatan yang sudah terpatri luntur walaupun adanya pertentangan di dalam jiwa raga. Secara kedohiran menjadikan perilaku yang menyimpang, tidak mengenal lagi rasa malu, dianggapnya hal biasa yang terjadi.
Jika demikian kerusakan moral menjadi tampak, dan bisa ditelaah oleh setiap insan manusia dihadapannya, namun demikian apa yang sudah menjadi kerusakan moral, seakan masih merasa benar, tidak ada kekeliruan, kesalahan dan biasa-biasa saja. Mengapa demikian!, tentunya berpikiran dihadapannya juga sama, melakukan tindakan yang tidak tepat, walaupun muncul atau tidak muncul, bahwa manusia masih saling memerlukan, membutuhkan, sehingga menghilangkan kesan tidak terjadi apa-apa, bahasa yang umum tau sama tau (TST).
Masihkah ada keteguhan hati saat ini, tentunya kembali pada diri sendiri yang mengetahui dan yang melakukan pada setiap harinya dan kedepannya. Apakah tindak-tanduknya menyimpang dari etika sosial, budaya, hukum, adat istiadatnya, kesemuanya dapat dilihat, dinilai, ditelaah. Jika terjadi penyinpangan perilaku, tingkah laku maka keteguhan hati, dan yang terkandung didalamnya maka tidak dapat dipercaya.
Sda, 15 Nopember 2021
Yudi E Handoyo
0 Comments