Kerajaan Barat & Timur

Feb 2, 2023 | Cerpen, Tunas Muda

Oleh : Maysyasi Nur Arifah – Siswi SMAN 8 Malang

Di pagi hari yang mendung, sinar matahari yang mulai meredup, dan angin yang berhembus hingga menusuk ke dalam kulit. Terkenal seorang penyihir wanita hebat yang di agung-agungkan rakyatnya. Penyihir itu bernama Arumega. Ia terbangun oleh kicauan merdu burung di kastil. Hari itu juga, Arumega sudah berniat keluar dari kastilnya untuk mencari ramuan tersembunyi di hutan.

Saat menyusuri jalanan, keadaan langit yang meredup serta awan gelap yang menutupi hutan, menemani perjalanan seorang gadis penyihir muda itu. Saat ditengah perjalanan dalam mencari ramuan untuk memperkuat sihirnya yang mulai melemah dalam beberapa waktu terakhir, ia mendengar derap langkah suara kecil yang berada di balik semak belukar itu. Dengan berhati-hati, Arumega pun segera mengeluarkan tongkat sihir yang berada di balik jubahnya.

Riddikulus!”

Semak belukar pun terbuka dan menunjukkan kelinci beserta anaknya yang tengah berlari ketakutan. Hal itu sontak membuat Arumega mengejar hewan tersebut. Karena terlalu fokus dalam melihat kelinci itu, gadis itu pun menabrak seseorang yang langsung membuat Arumega mendaratkan bokongnya di tanah. Dengan cepat, lelaki itu pun segera membantu seorang gadis yang ada di depannya itu.

“Sepertinya aku mengenal pria ini. Tunggu… bukankah dia adalah penyihir muda dari Kerajaan Timur,” batin Arumega saat pertama kali melihat rupa lelaki itu.

“Untuk apa seorang putri dari Kerajaan Barat datang ke wilayah musuh tanpa izin.”

Suara bariton itu sontak membuat Arumega segera menjauh dari lelaki yang diyakini sebagai pangeran mahkota Kerajaan Timur.

“Maafkan saya pangeran, saya tidak sadar jika telah melampaui batas Kerajaan kami. Saya mohon tolong jangan bawa masalah ini kepada Raja,” ucap Arumega dengan panik.

Namun hal itu tak dihiraukan oleh Asher. Lelaki bertubuh jangkung itu malah mendekati perempuan didepannya

“Heii… apakah Anda baik-baik saja?” ucap Asher yang diyakini sebagai penerus tahta Kerajaan Timur.

“Menjauhlah dariku!” ucap Arumega dengan tegas.

Mengetahui hal itu, dengan cekatan Asher segera mengeluarkan sehelai kain putih dan mengikatkannya kepada pergelangan kaki Arumega.

“Tenanglah, aku tidak akan berbuat macam-macam denganmu.”

“Tapi…” Ucapan Arumega langsung terpotong karena lelaki itu langsung mengarahkan telunjuknya ke bibir mungilnya.

Seiring dengan kejadian itu, mereka berdua pun menjadi lebih dekat. Bahkan mereka beberapa kali bertemu dalam kurun waktu yang sangat dekat. Asher pun juga tak segan untuk membantu gadisnya dalam mencari ramuan untuk memperkuat sihirnya.

“Sepertinya ramuan itu memang susah untuk dicari. Tapi aku yakin jika usahamu ini akan diakui oleh ibumu sebagai Ratu Kerajaan Barat,” ucap Asher disela aktivitasnya.

“Tidak apa-apa. Terimakasih karena sudah membantuku, aku tahu jika hubungan ini sangat terlarang di antara kedua Kerajaan. Dan sangat beresiko untuk menimbulkan peperangan,” kata Arumega dengan nada khawatir.

“Tidak perlu risau, kita sudah menjalani dalam kurun waktu satu tahun, tapi tetap tidak terjadi apa-apa.”

Mereka pun melanjutkan perbincangan mereka, diselingi dengan tawa yang terbahak-bahak diantara keduanya. Sampai mereka tak sadar jika ada seseorang berjubah hitam yang sedang mengintai mereka berdua dari balik pohon dengan kekuatan sihirnya.

Keesokan harinya…

Plakk…

Bunyi tamparan keras yang memekakkan telinga adalah pembuka yang buruk bagi seorang Asher. Pipinya yang berubah menjadi kemerahan juga menjadi tanda bahwa ia sedang merasa kesakitan.

“Kenapa kau melakukan itu wahai anakku!” ujar Ratu Kerajaan Timur.

Diam seraya menundukkan kepala. Hanya itu yang bisa dilakukan seorang putra mahkota Kerajaan Timur. Atau bahkan setelah ibunya tahu tentang kejadian ini akan mencabut gelar pangeran mahkota dan mengasingkannya ke tengah hutan belantara?

“Ibu akan mencabut gelar pangeran mahkotamu!” Ucapnya dengan tegas.

Satu kalimat itu berhasil membuat Asher mengangkat kepalanya dan menatap ibunya dengan tatapan tajam. Tanda jika ia tidak percaya dengan apa yang dikatakan ibunya barusan. Mulut Asher yang sudah terbuka menunjukkan jika ia akan segera berbicara, namun langsung dipotong oleh ibunya.

“Jika kamu masih ingin menjadi penerus Kerajaan Timur, maka lakukanlah satu hal ini! Kamu harus dapat menguasai wilayah Kerajaan Barat dan membunuh mantan kekasihmu itu. Maka aku akan langsung membuatmu menjadi Raja Kerajaan ini nantinya! ” ujar Ibu Asher yang langsung meninggalkan anaknya yang sedang terlihat gusar.

Bingung… .

Satu kata itu mampu menggambarkan keadaan Asher saat ini. Dia bingung antara harus memilih kisah asmaranya atau ambisi untuk menguasai Kerajaan nantinya.

Setelah mengunci diri dari dunia luar selama beberapa hari, Asher segera menemui Panglima Penyihir di Kerajaan untuk menyusun rencana penyerangan pada Kerajaan Barat. Ratu yang juga sebagai Ibu Asher pun tersenyum puas dengan keputusan anaknya itu.

Beberapa hari kemudian…

Kabar mulainya peperangan pun mulai beredar pada masyarakat, hingga sampai di telinga Ratu Kerajaan Barat. Arumega pun turut mendengar berita itu, dia sangat sedih dan terpukul saat mengetahui jika dalang dibalik mulainya peperangan ini adalah sang kekasih. Namun, hal itu tidak mematahkan semangat hati Arumega, dia adalah penyihir yang sangat mencintai negerinya.

Peperangan pun dimulai…

Serangan demi serangan sihir pun mulai dilakukan, mulai dari daerah perbatasan hingga hampir sampai di jantung Kerajaan Barat.

“Hai putri Arumega, sudah lama kita tidak bertemu! ” Ucap Asher dengan smirk yang      menyeramkan.

“Aku tidak tahu apa alasanmu untuk berambisi dengan menguasai wilayah Kerajaan Barat,” jawab Arumega dengan senyum hambar.

Arumega sadar dengan kekuatannya yang melemah. Ia tahu jika tidak mungkin untuk mengalahkan Pangeran Asher sebagai putra mahkota Kerajaan Timur. Tapi setidaknya ia bisa membela negerinya hingga akhir hayatnya. Gadis itu ingin dikenang warga sebagai penyihir wanita yang cinta dengan negerinya.

Sectumsempra!” mulai Asher.

Stupefy!” balas Arumega.

Accio! Matilah kau Arumega!”

Arumega yakin jika lawan di depannya ini sudah dipenuhi ambisi dan kekuasaan hingga diluar kendali.

Cruciatus curse!” Mantra itu menjadi sihir yang terakhir hingga akhirnya Arumega terkulai lemas tak bernyawa.

Dengan perlahan, jubah yang menutupi tubuh gadis di depannya itu diangkat, memperlihatkan wajah Arumega. Dia amat terkejut melihat tubuh Arumega yang sudah tak berdaya karena ulahnya. Perempuan yang menjadi cinta pertamanya sudah tidak ada di dunia ini.

Asher pun menatap wajah elok Arumega, menangis. Dia menyesali semua perbuatannya selama ini. Namun, semua sudah terlambat. Nyawa yang sudah diambil tidak bisa dikembalikan lagi.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This