Menjelang Larut malam, kegundahanku menjelma
Rasanya jiwaku tersulut api asmara, tiada tali pengikatnya
Alangkah pedih, tersayat ditunggu berabad, tiada muncul wajah serinya
Wajah tersamarnya membawa, risau hati sejak dikenalinya
Tiada waktu, semuanya menjadi impian dan harapan nyata adanya
Kurun waktu yang lama, menjadi impian selalu tak terputus olehnya
Di Kedai kopi duduk sendiri, menanti munculnya bayangan dan wujud nyata
Tersentak sang kekasih, ternyata penyuguh kopi menghampirinya
Alangkah hati terurai, terselimuti cinta kasihnya
Pujaannya hadir menggandeng jemari mriji timun hijau keemasan
Diajaklah berperang dengan kereta kencana suci
Tidak terlewati kembali tersentak, penawaran roti dari penjual di kedai kopi.
Sby, 7 Oktober 2021
0 Comments