Panglimaku, Pang Laot,
besok kita minum kopi di Meulaboh,
atau aku akan mati syahid.
Kita akan berpesta bergelas kopi untuk kemenangan kita
merebut Meulaboh
Itu yang kukatakan padanya di Jumat malam, 10 Februari 1899
Pang Laot, bersiaplah
jajarkan barisanmu
Jihad Syahid.
Meukeutop kubersihkan
rencong sakti menyilang bersiap.
Akulah sang Johan Pahlawan.
Esok Meulaboh harus direbut
Istriku, Cut Nya Dhien tercinta.
Beritakan pada putriku, Cut Gambang
Bahwa ayahnya bukan pengkhianat Aceh.
Ia seorang Johan Pahlawan bagi Atjeh, bukan bagi Netherland.
Tuan Teuku Panglima Polem, uleebalang dan ulama, tenanglah kalian di Pidie.
Doakan aku, bersama Panglima Pang Laot, bersiap masuk Meulaboh.
Akan kukabarkan pada kalian lewat kopi yg akan kami hirup, berita kemenangan.
Atau mungkin kalian dengarkan syahidku,
di tanah Meulaboh
Jenderal Van Heutsz rupanya lebih beruntung dariku
Mata-mata kalian dari kami mengabarkan kehadiranku
Di Pantai Batu Putih ini,
Peluru emas menembus dadaku
Setelah Rencongku terbang menghabisi puluhan Belanda dan para pengkhianat bangsa ini
Aku puas,
syahid untuk tanah ini
Pang Laot, Panglimaku
Bawalah jasadku pada kekasihku
Panglima Cut Nya Dhien.
Juga agar anakku menyaksikan,
Ayahnya adalah Johan Pahlawan Atjeh
Pang Laot, Panglimaku
“beungoh singoh geutanyoe jep kupi di keude Meulaboh atawa ulon akan Syahid”
Yogyakarta, 15 Agustus 2021
0 Comments