“Dalam10 tahun ke depan Jakarta tenggelam”
(Presiden USA Joe Biden, 27/7/2021, di depan Kantor Direktorat Intelijen Nasional).
Tentu ada dasar yang kuat bagi Biden untuk katakan hal itu. Tapi kenapa di Kantor Intelijen?
Sebagai anak Jakarta yang sempat menikmati indahnya pantai Jakarta seraya ditingkahi senandung Bandar Jakarta ciptaan komponis Betawi Ismail Marzuki, saya kini tak dapat gembira apalagi bercanda-canda. Belum pernah ada presiden negara apa pun kecuali US President bicara dengan serius tentang Jakarta. Jakarta harus diselamatkan dari kelakuan pemodal yang taunya untung. Dengan korbankan pantai kami yang semula tak bercacat mulai dari Kamal Muara dan Kali Adem sampai Sampur dan Marunda. Sampur hilang, Marunda tak jelas bentuk. Pulau-pulau Alphabet tutup Kamal Muara dan Kali Adem seraya tanah dipacul dari pulau Sereibu.
Dalam 10 tahun Jakarta tenggelem, kata Joe Biden.
Sunda Kalapa sungguh damai dan indah seperti karya lithografi di atas. Sayang Sunda Kalapa sebagai aset Nasional tak dirawat dengan semestinya bahkan pemodal berlomba merusak bukan saja Sunda Kalapa tapi juga Jakarta bahkan Indonesia. Para pejabat pusat dan daerah jangan merasa dirinya pintar, tapi tiada berdaya apa-apa ketika Sumeru meletus dan rob hantam Jakarta sejak 4 Desember 2021. Tak henti-henti hingga sekarang. Kepulauan Seribu kebanjiran. Malah bencana meluas hampir di seluruh Jawa lalu NTB, Kalimantan, Sulawesi Selatan, tak ketinggalan Manado.
Ancol yang katanya mau jadi arena balap Formula E menjadi kolam air terbesar di dunia, bukan lautan juga bukan kolam susu.
Mr President, I wanna ask you, why were you predicted the dark future of our Jakarta?
Kiranya tentu Tuan ada kekhawatiran tentang “Jakarta” (baca Indonesia).
Jika bencana berlalu, apa rencana elit pemerintah dan pemda-pemda?
Belum usai pula berpikir rob, longsor, dan gunung meletus, beredar pula khobar Cilegon akan dihantam tsunami.
What happened to us? Kok begini benar nasib kita. Atau serial bencana akses solusi.
Berharaplah dengan memelihara api harapan sekecil apa pun. Jangan biarkan padam. Wa ba’duHu.
RSaidi
0 Comments