Hari ini Umat Islam memasuki tahun baru Hijriah 1443 H. Dan tahun baru kali ini sama dengan permulaan hijrah tahun 1 Hijriah dulu. Syiar Islam dalam suasana hegemoni kapitalisme. Jika tahun ke 1 hijriyah di bawah kapitalisme Abu Sufyan, kini di bawah kapìtalisme global Barat dan Asia Timur.
Kemunduran Dunia Muslim.
Sejak kekalahan Baghdad dan Turki Utsmani, nyaris semua wilayah yang mayoritas muslim, dijajah secara fisik dan ideologis oleh Barat. Pun sampai hari ini, meski tidak lagi secara fisik militer, penjajahan atas wilayah-wilayah itu secara ideologis, ekonomi dan politik, belumlah berakhir. Hegemoni pusat (metropolis) atas pinggir (periphery) terus berlangsung secara asimetris, terutama melalui bilateral dan multilateral modal asing, utang luar negeri dan hubungan perdagangan luar negeri.
Banyak kalangan yang memandang hubungan pusat-pinggir itu adalah solusi karena saling tergantung dan simbiotik, dan menyanjungnya sebagai jalan kemajuan bagi dunia Muslim. Tapi faktanya, itu janji yang tak kunjung terwujud. Ibarat eskalator, saat kita mengikuti mereka yang telah di depan, maka mereka pun terus melaju lebih ke depan lagi.
Sudah 1 abad lebih, dunia Muslim menjadi subordinat bagi pasar global. Mereka diberi utang pembangunan, tetapi itu agar daya beli mereka meningkat, sehingga bisa menjadi pasar bagi produk-produk teknologi negara maju, dan lalu akibatnya dunia muslim itu terlilit utang, jatuh miskin dan penuh konflik adu domba. Ketergantungan mereka pada modal asing, utang luar negeri dan teknologi canggih, memaksa dunia Muslim itu menyerahkan sumber daya alamnya dan buruh murahnya untik menopang negara maju. Lihat ekspor dari negara-negara Muslim tidak lebih dari bahan mentah sumber daya alam.
Stigma keterbelakangan.
Banyak kalangan yang melihat ketertinggalan Umat Islam itu, karena mereka malas dan meninggalkan agamanya sendiri. Banyak juga yang menuduhnya sebagai umat yang anti kemajuan dan kemanusiaan, dengan stigma teroris, radikal, ekstrimis, fundamentalis dan anti kebhinnekaan.
Sebagian Umat Islam sendiri berhasil terprovokasi, sehingga nyaman dengan tuduhan-tuduhan tersebut, dan lalu menganggap tuduhan-tuduhan itu untuk golongan Islam garis keras. Mereka lalu mengajukan Islam alternatif. Maka akibatnya, terpecahlah kekuatan dunia Muslim itu. Secara internal, mereka saling adu domba dan bergumul dengan konflik sesama saudara Muslimnya sendiri. Kerjasama internal dunia Muslim, ormas Muslim dan bahkan kelompok-kelompok Muslim sulit sekali dibangun. Secara eksternal, mereka terus menjadi inferior (tanpa mereka sadari) di hadapan dunia global.
Jalan kebangkitan ?
Inilah elegi (kisah sedih) tahun Hijriyah 1443 H ini. Tetapi apakah Umat Islam merana dan kehilangan harapan? TIDAK. Untung nya, Islam sendiri adalah ajaran yang super hebat, yang mengajarkan kebangkitan umatnya untuk menghadapi semua kesulitan itu dengan ruhul jihad. Seruan untuk bangkit dan meraih kemenangan itu, bahkan meraung-raung tak pernah berhenti, sebanyak 5 kali sehari di setiap Masjid. Allahu Akbar-Allahu Akbar.
Jalan mulus untuk kebangkitan Dunia muslim, tidak lain adalah mereka kembali pada tali agama Allah, mereka bersatu dalam jihad sebagai penolong Agama Allah. Penguasaan teknologi, inovasi, otomasi, digitalisasi dunia Muslim dalam semua aspek kemajuan, dan penguatan keberpihakan Muslim pada sesama dunia Muslim, adalah keharusan yang utama dalam seruan hijrah tahun ini.
Mari hijrah bersama dan bangkit bersama. “Hai orang2 (muslim) yang berselimut (kapitalisme, sekularisme, hedonisme, materialisme), bangkitlah (sadarlah), Nama Tuhanmu agungkanlah, pakaianmu bersihkanlah, dan perbuatan dosa tinggalkanlah.
Selamat Hijrah bareng
Depok, 1 Muharram 1443H.
Legisan S Samtafsir
0 Comments