Visits: 0
Terurai rangkaian hidup kehidupan antara ada dan tiada, seakan dalam relung hati terdapat sentuhan rasa bahagia. Di kala saat menghirup udara segar, memandang nan jauh di sana masih terlihat dengan jelas tampak kasat mata. Di saat tertidur lelap, mati suri, nyata ada namun tiada. Kesempurnaan tercipta olehNya Yang Maha Suci, tidak tertawar oleh siapapun, sehebat dalam bentuk apapun kehebatan, kecerdasan, kejeniusan pada titik tertinggi yang berpijak di atas lapisan tanah.
Telah disadari atau tidak seutuhnya, tatkala pemikiran terjernih, dilupakan, terlupakan dan ditiadakan karena terselimuti hawa nafsu, kecongkakan, kesombongan mengurai melekat pada jiwa raga. Terkadang di saat tertentu terlintas dibenak namun hanya sesaat, di kala tertentu dengan sekejap muncul dan terukir kembali mengembara.
Halnya keidentikan pemandangan di alam semesta, pada bagian atas di awang-awang dan waktu tertentu keadaan terang, gelap gulita, kilatan cahaya merah menyambar ke segala arah, halilintar memancarkan sinar abang bergelegar sampai menyentuh kulit bumi. Warna keadaan alam jagad jumantara, tak ubahnya memberi tanda peringatan secara alami di depan ke dua netra, dipandang jutaan mata silih berganti di antara yang memandang.
Ada dan tiada beriringan berputar tanpa ada titik dan koma di jagad mayapada. Dipandang dengan jangkauan terpendek yang dapat dilihat, dan tidak mampu melihat dengan jarak yang tidak tertempuh. Hanya relung kalbu yang merasakan, walaupun tidak mampu membuktikan setiap perjalanan waktu di setiap belahan bumi.
Ada dan tiada melekat di jiwa raga pada hidup kehidupan sampai menunggu batas waktu. Kembali pada penghisap angin segar tanpa bayar sepanjang denyut nadi masih berdetak. Tidakkah, belajar membangun rasa terikat dan diikat menjadi tonggak evolusi Kebagusan?! Tidakkah sia-sia dan hanya mengejar berbagai cara meraup yang diinginkan, terlihat tanpa beban disorot mata?! Ada dan tiada bukan sebuah permainan, namun atas kehendakNya, yang berpijaklah mengetahui perputaran jarum jam, detik, menit dan jam setiap kurun waktu.
***
Hidup kehidupan di mayapada, bagaikan angin berputar
Lambat cepat perputaran keras, jauh tanpa batas
Beriringan saling bergandengan, saatnya terlepas
Yang ada kehendak menggenggam, sepanjang kekuatan tergenggam
Hidup kehidupan antara ada dan tiada
Tampak kasat mata, kehendak merengkuh dalam dekapan
Tak menarik lagi di depan mata, melemah tinggal menunggu waktu
Tiada lagi rasa kenikmatan, mati cara pandang netra
Lemas tak berdaya, tanpa kilatan sambaran halilintar
Saatnya runtuh lunglai, bagaikan lembaran kain lusuh
Tiada yang menghiraukan, matapun enggan menatap
Rasa terpedaya, mati, terselimuti kekelaman jiwa
Sorotan mata tiada guna, dan tidak berarti
Gunjingan semakin menindih, terdepak jauh terpelanting
Ada dan tiada tak terpikirkan, yang ada tergayuh gemerlap raga
Terukir nama terlapisi tinta emas, tiada harum menyertai
Surabaya, 26 Mei 2023.
Yudi Ento Handoyo
0 Comments