Ada sesuatu yang berbeda dari pantai-pantai lain yang pernah saya kunjungi sebelumnya, di Pantai Ngliyep yang berada di pesisir laut Selatan Kabutapen Malang, Jawa Timur memiliki nuansa magis yang belum pernah saya rasakan sebelumnya. Ombak besar yang berkejaran, angin kencang berdesir, dan suasanya berbeda terasa di hati. Hati terasa begitu tenang dan damai berada disana, apalagi saat saya berkunjung beberapa kali, selalu sepi dan nyaman. Barangkali itu sebabnya diberi nama Pantai “Ngliyep” yang berarti “Ngantuk” dalam bahasa Jawa, sebab bawaannya ingin tidur kalau kesana.
Yang membuat semakin manis suasana di sana adalah pemandangan Pulau kecil bernama Gunung Kombang. Ada jembatan menuju ke sana, dan konon ada tempat untuk “sembahyang” atau melakukan ritual di sana. Saya sendiri belum pernah, hanya menikmati pemandangan indah batu karang terjal dan hempasan air laut saja. Menurut seorang pemilik warung yang ada di sana, sudah sejak lama banyak orang berkunjung untuk melakukan ritual di sana, bahkan sejak masih jaman kerajaan. Entah benar atau tidaknya, sebab saya belum meneliti atau mencari tahu lebih jauh.
Ada kepercayaan bahwa Pantai tersebut adalah salah satu pantai favorit Nyi Roro Kidul, yang dalam mitos masyarakat dipercaya sebagai penguasa Laut Selatan. Bahkan ada upacara Larungan yang biasa dilakukan oleh masyarakat setempat setiap Hari Raya Maulid Nabi dengan upara tradisional menggunakan kesenian Reog dan diiringi gending Jawa. Ada juga yang sengaja membuang pakaiannya untuk dilarung ke laut dengan tujuan untuk mendapatkan berkah. Semua tidak bisa dibuktikan secara ilmiah, namun begitulah kepercayaan masyarakat setempat.
Tidak jauh dari Pantai tersebut juga ada sumber mata air jernih yang disebut dengan Sendang Kamulyan. Konon air di sana adalah air suci yang diyakini mampu menyembuhkan berbagai macam penyakit. Banyak pengunjung yang datang, mandi air tersebut dengan berbagai harapan, bukan hanya untuk sembuh tetapi juga ada yang untuk awet muda dan mendapatkan berkah.
Bagi saya sendiri, bukan itu semua yang membuat hati saya terpaut. Memang sempat terjadi keanehan ketika kain yang saya taruh di karang, saat saya berendam air laut untuk pengobatan – air laut secara ilmiah terbukti sangat baik untuk berbagai pengobatan terutama kulit. Tiba-tiba air dingin naik ke permukaan, padahal matahari sedang sangat terik dan sebelumnya air terasa hangat, dan kain yang saya simpan bersama sendal jepit dan telepon genggam, terbawa air dingin tersebut, sementara barang lain yang ada persis di sampingnya malah aman. Dicari kemudian pun tidak ada, tidak ada bekasnya, tidak nampak mengambang di permukaan.
Menurut pemilik warung di sana, berarti Saya mendapat restu dan berkah, apalagi Saya tidak dengan sengaja melarungkan kain tersebut seperti yang biasa dilakukan yang lain. Bagi saya, ini pertanda bahwa memang pantai di laut tersebut curam dan dalam, bahaya untuk berenang bahkan berendam. Punggung saya pun terluka karena terhempas ombak di karang.
Yang membuat saya terpesona adalah karena terjaga kebersihan dan kenyamanannya. Tidak dibuat segala macam2 rekayasa hanya untuk menarik pengunjung. Sederhana tetapi sungguh menarik. Dahsyatnya aura magis di sana justru ada pada suara ombak, angin, dan pemandangan yang indah. Suara alam yang tidak bisa direkayasa dan ada atas Kuasa Kebesaran Allah Yang Maha Besar.
Bisa jadi memang ada banyak kekuatan ghaib di sana, kekuatan yang tidak bisa dilihat oleh kasat mata, mengingat besarnya energi yang terbentuk dari gerakan alam, mulai dari angin sampai gelombang laut, matahari, dan rembulan yang menyatu. Belum lagi kekuatan dari dalam bumi yang ada di dalam dan sekitarnya, siapa yang tahu bila belum ada yang meneliti.
Hati saya terpaut di Pantai Ngliyep, di sana ada alam yang dipenuhi dengan cintaNya.
Bandung, 21 Juli 2021
Mariska Lubis
0 Comments