Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia, merupakan hari bersejarah bagi Bangsa dan Rakyat Indonesia. Kebanggan dan kebahagiaan saat itu, dengan meninjau ukiran sejarah panjang di masa penjajahan Belanda selama 350 Tahun, Jepang dan Inggris serta kurun waktu tertentu terjadinya konflik di dalam negeri. Ujian dan cobaan memang tidak pernah putus seperti gerakan PRRI/Permesta, DI-TII, serta pemberontakan komunis 1948 dan Pemberontakan G.30.S/PKI 1965.
Dari sirkulasi perjuangan panjang dimaksud, menjadi tonggak bagi kita semua bagaimana melihat dengan seksama kondisi saat itu dan juga kondisi sekarang. Sejauh apa perkembangan yang terjadi dari berbagai aspek. Baik aspek infrastruktur jalan, pembangunan, SDM, SDA, dan aspek politik, ekonomi, sosial dan pertahanan keamanan, aspek finansial dan lain sebagainya yang begitu komprehensif.
Tentunya setiap perkembangan selalu ada peningkatan dari berbagai aspek, dan pada saat tertentu biasa terjadi permasalahan dengan ekskalasi tinggi, menengah dan sedang, karena menyangkut strategi pemerintah dalam mengelola Negara serta menyangkut kondisi masyarakat secara luas dari berbagai wilayah negeri. Di samping itu menyangkut hubungan antar negara dalam berbagai kebijakan politik luar negeri.
Oleh karena itu Membaca dan Menulis sebagai pondasi yang sangat mendasar dan kuat, meneruskan warisan budaya luhur sudah seharusnya tetap membangkitkan semangat perjuangan dalam mengisi kemerdekaan yang semakin tua dan matang, dan dijaga agar tidak mengalami kemunduran di masa depan.
Membaca dari berbagai berita internasional, Nasional, artikel, puisi, cerpen, cerber, jalan-jalan/wisata dan lain sebagainya dapat membangkitkan ketatabahasaan, struktur tulisan, kesetaraan, kejelasan dan dapat menginspirasi di dalam buah pemikiran yang semakin berkembang dan bernalar. Oleh karenanya kemampuan menulis perlu dipaksa dan dilatih sejak dini. Di awali dari pendidikan sekolah terpadu, taman kanak-kanak, Sekolah Dasar, Sekolah Menengah Pertama, dan Sekolah Menengah Atas untuk menyenangi membaca setiap buku dan lainnya dalam bentuk apapun. Tentunya diawali dari yang paling ringan dan seterusnya.
Di dalam proses menggelorakan gerakan membaca, diarahkan pelan tapi pasti sebuah pembelajaran menulis dari apa yang sudah dibaca untuk diwujudkan dan diiplementasikan kembali apa yang telah dibaca. Sehingga dengan demikian dapat merangsang reaksi otak. Kegiatan itu bukanlah sifat pemaksaan menghafal namun membaca dapat menginspirasi siswa dan diharapkan dapat mengembangkan daya nalar, namun tidak keluar dari substansi apa yang telah dibaca.
Tentunya program Membaca dan Menulis dapat dijadikan slogan miniatur Negeri yang tercinta, cinta tanah air, cinta bangsanya, cinta bahasanya, cinta budayanya, cinta berbagai ragam nuswantara Indonesia, dan lain sebagainya. Sehingga miniatur slogan terpatri secara dini bagi anak negeri sebagai penerus generasi di atasnya. Dengan demikian Nasionalisme terbangun secara otomatis di sanubari dan terlahir melekat di jati diri anak bangsa.
Kiblat miniatur negeri Membaca dan Menulis sebagai slogan bangsa tentunya tidak akan runtuh, karena daya nalar, daya pemikiran, dan daya berkembangnya akan tertata sangat kuat. Kebiasaan Membaca dan Menulis akan melatih dan membentuk struktur pemikiran, dan kemampuan memformulasi tulisan sejak dini.
Bangkit dan bangkitlah. Perlawanan semakin kuat dan berlomba untuk menguatkan anak negeri di era persaingan yang sangat kuat antar negara. Bangun dan bangunlah anak negeri, ini adalah negerimu yang diperjuangkan, dirawat dan dicintai oleh anak negeri setiap generasi. Busungkan dada dengan kebanggaan dan kebahagiaan atas negerimu. Hormatlah terhadap bendera Sang Merah Putih. Genggam erat selamanya sebagai wujud kekuatan jiwaraga, mewarisi para leluhur dan para pejuang negeri, serta patrikan di jiwaraga lambang Garuda Pancasila dengan Lima Sila dan UUD 1945 sebagai landasan konstitusional.
Patrikan Slogan Miniatur Negeri Gerakan Membaca, Menulis.
Surabaya, Agustus 2021
Yudi E Handoyo.
0 Comments