Fiksi Ilmiah #5 : Untung Kita Manusia, Bukan Kecoak!

by | Sep 9, 2021 | Pojok

Pada suatu ketika, hiduplah keluarga kecoak di sebuah lorong di bawah sebuah rumah. Mereka memang sudah turun menurun tinggal di sana, karena banyak sekali makanan yang bisa didapat dengan mudah. Ada banyak sekali celah dan lorong pipa-pipa di sekitar yang menghantarkan mereka pada makanan.

Tidak sedikit sanak saudara mereka yang mati di sana. Bukan di lorong tempat mereka tinggal, tetapi karena mereka yang pergi ke luar dan masuk ke dalam rumah. Pemilik rumah sangat tidak suka pada mereka. Selalu ada semprotan dan sandal yang siap membunuh bila ada salah satu kecoak yang nampak di rumah.

Ibu kecoak selalu mengingatkan anak-anaknya untuk belajar dari pengalaman. Mereka dilarang pergi jauh-jauh, apalagi sampai masuk ke dalam rumah. Ibu kecoak khawatir anaknya tidak akan selamat. Lagipula, ada banyak makanan yang cukup tersedia selalu di sana. Pipa-pipa di sekitar selalu saja ada kotorannya, dan itulah yang menjadi santapan mereka.

Namanya larangan, tetap saja tidak bisa menghentikan jiwa petualangan kecoak-kecoak muda. Walaupun sudah sering diingatkan, tetap saja mereka ingin pergi dan melanggarnya.

“Bro, kita masuk, yuk, ke dalam rumah!”

“Jangan! Nanti ibu marah! Kalau kita kena semprot bagaimana? Kalau kena semprot ibu, sih, masih nggak apa-apa, kalau kena semprot pembasmi serangga, mampus kita!”

“Halagh! Segitu saja takut! Memangnya kamu tidak ingin makanan yang lebih enak? Kamu nggak bosan terus-terusan jadi tukang bersih pipa-pipa itu?! Mending kalau kita dihargai, nggak kan? Sama juga kita selalu diincar untuk dibunuh. Jadi, ya sama saja! Kalau kita ke dalam rumah, paling tidak, kita sudah pernah merasakan makanan enak yang lain. Siapa tahu tuan rumah itu mau sekali-kali menyisihkan makanannya untuk kita. Siapa tahu?!”
“Tapi, Bro! Kita dianggap biang penyakit, Bro!”

“Ah, itu alasan mereka saja! Yang jorok mereka, kita yang disalahkan. Coba saja lihat sampah di mana-mana, kan?! Makanya, jangan mau rugi! Biar sekalian saja kita nikmati semua makanan mereka! Kalau mereka sakit, bukan salah kita, kok! Kita ini hanya mengambil sedikit saja, sedangkan mereka banyak membuang dan menyia-nyiakan makanan. Sebelum mubazir, lebih baik kita bantu saja menghabiskannya. Mereka untung, kita juga untung!”

Kecoak-kecoak muda itu berunding. Maju mundur niatan untuk masuk ke dalam rumah. Sampai akhirnya, mereka memutuskan untuk masuk ke dalam rumah. Rumah dalam keadaan gelap, karena hari sudah larut malam dan semua terlelap tidur.

“Horeee! Tuh, kan, apa saya bilang. Enak makanan di sini! Banyak lagi! Serbuuu!!!”

Mereka pun berpesta pora dan makan sekenyang-kenyangnya semua santapan yang bisa mereka temui. Setelah kenyang, mereka pun berlarian mencari jalan pulang. Sayangnya, mereka sekarang jadi buncit karena terlalu banyak makanan. Lorong yang harusnya bisa menjadi jalan pulang, tidak lagi bisa ditemui.

“Nah loh! Bagaimana ini? Sempit banget, Bro! Nggak muat nih lewat jalan ini.”

“Tenang! Kita istirahat saja dulu di sini sembari mencari jalan lain untuk pulang. Lagipula, kita nanti malam bisa pesta lagi. Lebih dekat dari sini!”.

Begitulah akhirnya kecoak-kecoak muda ini menjalani hari. Setiap hari mereka bersenang-senang berlarian dan makan makanan lezat sampai perut semakin membuncit. Mereka tidak sadar kalau semakin lama semakin sulit bagi mereka untuk kembali pulang. Tuan rumah pun sudah menyadari keberadaan mereka, lama-lama ketahuan juga, kan? Mereka tidak tahu kalau tuan rumah sedang menyiapkan jebakan untuk mereka.

“Wah, Bro! Apaan itu? Kayaknya enak banget yah? Tumben ada makanan enak di lantai. Tuan rumah lagi baik hati, ya? Benar juga katamu, mereka mau juga akhirnya berbagi dengan kita.”

“Apa saya bilang? Ayo, yok! Tancap!”

Mereka semua segera berlarian menuju sisa ayam goreng yang ada di dalam piring, di atas lantai dapur rumah. Dengan rakus, mereka terus makan dan makan.

“Bro, saya kok pusing banget?”

“Iya, nih, saya juga ingin muntah!”

“Aduh, sakiiit!”

Kecoak-kecoak bergelimpangan satu persatu. Racun yang ditaruh oleh tuan rumah di sisa ayam goreng membuat mereka keracunan. Mereka pun akhirnya mati sebelum bisa memberikan manfaat banyak bagi keluarga mereka.

Jangan pernah lupakan nasehat orang tua, yah! Jangan pernah sombong dan selalu mencari pembenaran. Nafsu duniawi tidak akan pernah ada habisnya jika terus menjadi prioritas. Kita bukan kecoak, tapi kita juga punya banyak keterbatasan. Tidak semua kita tahu dan banyak hal yang sering tidak kita sadari. Jika Allah berkehendak, siapa yang bisa menghindar?!

Andai kecoak itu bersyukur dan menerima kehidupannya menjadi tukang bersih-bersih pipa, walaupun membosankan, tetapi memberikan banyak manfaat dan aman! Untung kita manusia, yah! Kita masih bisa berpikir dan mau belajar.

Semoga bermanfaat!

Bandung, 18 September 2017

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This