Tak terasa waktuku selalu bersaru
Saat waktu pemantik itu datang
Aku terjerembab dalam dan semakin dalam
Terperosok kakiku masuk ke pusara tanah menganga
Telaga nan indah itu selalu menyemburatkan airnya
Terpercik ke kiri dan ke kanan…ke atas dan ke bawah
Seonggok berlian berkilau pun tersembur airnya hingga mendinginkan, kilaunya sendu
Kuyup sekeliling tanpa menyisakan kering setitik pun
Drama tragedi pun terpentaskan
Mengharubirukan penikmat sastra yang tengah merangkai imajinasi terindahnya
Tangis dan haru bersatu padu
Bergema di ruang luas beratap jingga
Lalu, pekikan lantang bergema di ruang itu
Ayo merdekakan diri kita!
Kita tak bisa dijadikan budak dalam kehidupan ini!
Pupuskan dilema kita sampai di sini!
Pekikan hitam itu menganggu genderang telingaku
Ingìn rasanya kukejar, kugali kau di mana
Tapi hampa yang kudapat
Sèolah lenyap tertiup angin kehidupan
Semua menjadi abstrak
Angka berurut dan huruf berjejer merangkai kata bernada pun kini hancur
Pecah berkeping tak ada arti lagi
Terhempas di lantai basah berwarna kecoklatan
Akankah asaku terkejar?
Akankah kuraih ketenangan?
Atau hanya satu saja yang dapat kuselesaikan?
Biarkan sang waktu yang menjawab…
Agustus 2021
Puisi yg menyentuh – 2. Lanjutkan juga!
Puisi yg semakin baik. Lanjutkan!