Hari ini hari ke tiga lomba dalam rangka memperingati Hari santri dan Hari Kelahiran Nabi Muhammad SAW, bidang lomba Tausiyah dan Praktek Sholat Subuh. Semangat santri-santri yang luar biasa dan wajah-wajah lugu bersahaja mampu sirnakan kelelahan dan keletihanku, walaupun aku harus rono rene ke tiga tempat dengan tiga lomba dengan tiga peran. Peran pertama di desa sebagai ketua PIK Remaja harus menghadapi tim penilai dari kabupaten yang ternyata salah satu anggota timnya adalah bu Santi yang sebelumnya seprofesi denganku sebagai guru IPA. Peran kedua di sekolah menghadapi tim penilai propinsi di Lomba Sekolah Sehat, peran ke tiga di mushola sebagai annauncer sekaligus juri plus panlak di lomba MTQ/FASI tingkat desa untuk seleksi persiapan santri ke tingkat kecamatan.
Berusaha melaksanakan ke tiga tugas ini aku harus menjadi Bionic Woman seharian dan malamnya membuat lembar penilaian untuk bidang lomba yang akan dilaksanakan esok harinya.
Alhamdulillah, kurasakan kemudahan dan keberkahan luar biasa dari Allah SWT menimbulkan rasa semangat tiada akhir, keikhlasan, kebahagiaan, keterharuan, keceriaan semua rasa menyatu di kalbuku terasa seperti permen “nano-nano”.
Terima kasih Tuhan masih memberiku nafas dan kehidupan untuk mengabdikan diri ini bagi penerus bangsaku.
Rolis menghapus pelan air bening yang menetes hangat di pipinya, ditutupnya kembali buku sampul ungu yang berisi catatan harian ibunya yang tertinggal di kamarnya.
“Maafkan anakmu yang egois ini Ma, aku yang selalu menuntut minta buatkan minum teh hangat secepatnya, aku yang selalu minta mama untuk memijit kakiku disaat aku merasa cape kapanpun aku mau…padahal mama juga harus banting tulang pontang panting membagi waktu untuk anak-anak lain yang lebih membutuhkan perhatianmu, kasih sayangmu untuk mengukir prestasi mereka….” batinnya penuh penyesalan.
Tanah Bumbu, hari ke 15 belajar menulis.
0 Comments