Pukul 12.00 WIB siang, Chintya bermimpi ia berada di suatu tempat yang sangat indah tapi ia merasakan kalau dia ada di sekolah Bina Sakti dan disana ia juga bertemu seorang anak kecil perempuan, anak itu meminta tolong kepada Chintya untuk datang ke sekolah Bina Sakti untuk memecahkan masalahnya tapi Chintya tidak percaya hal ini. Chintya adalah anak yang memiliki kelebihan yang tidak di miliki oleh teman-temannya atau juga bisa disebut anak indigo ia segera bangun dari tidurnya dan segera menelpon sahabat karibnya yaitu: Nita, Dinda, Chiko, Tito, dan Faricel. “Kamu kenapa? Apa yang terjadi?” kata Dinda dengan perasaan yang begitu cemas. “Aku bermimpi kalau aku di tempat yang sangat indah tapi aku merasakan di sekolah Bina Sakti, dan anehnya aku bertemu dengan seorang anak kecil perempuan, ia meminta tolong kepada aku.
Hari kebelakangan ini sejak Chiko datang ke sekolah ini kalian ngerasain aneh nggak?” kata Chintya dengan kata yang begitu serius. “Kalau kita bertiga itu ngerasain ada anak kecil perempuan datang nyamperin kita tapi pas kita lihat nggak ada” kata Chiko, Tito, dan Faricel. “Kalian berdua gimana?” kata Chintya kepada Dinda dan Nita. “Kalau kita berdua ngelihat anak kecil itu ngikutin kita berdua,
terus kita nggak lihat tapi kita langsung lari” kata Dinda dan Nita dengan rasa gemetaran. “Anaknya mirip banget kayak pak Eko kan guru IPA kelas 7A kan dan anaknya mirip juga kayak Chiko” kata Chintya menebak. “Iya mirip banget, kamu tau dari mana?” kata sahabat-sahabatnya serempak. “Iyalah itu ada anaknya disini, disebelah Chiko” kata Chintya. “HA!!! yang bener aja kamu Chintya” kata Dinda dan Nita dengan rasa gemetaran. “Hahaha ya nggak mungkin lah” kata Chintya dengan rasa tertawa yang begitu besar. “Ah kamu ini bikin kita jadi tegang saja” kata Dinda dan Nita. “Aku bukan buatin kalian jadi tegang hanya mengetes saja, biar kalian tenang gitu” kata Chintya. “Gimana mau tenang coba” kata Nita dan Dinda dengan rasa kesal kepada Chintya. “Iya..iya maaf” kata Chintya. “Udah..udah kita lanjutin saja permasalahan mimpinya Chintya” kata Chiko.
Tiba-tiba Chintya melihat anak kecil itu datang menghampirinya dan berkata kalau Chiko adalah kakaknya dan tiba-tiba anak kecil itu hilang lagi, setelah ia mengetahui masalah itu ia segera berbicara dengan Chiko. “Sekarang masalah kita tambah banyak, jadi sekarang yang harus kita selesaikan maslah yang mana dulu ini?” kata Nita. “Kalau menurut aku mending kita menyelesaikan masalahnya Chiko” kata Dinda. “Kayaknya jangan deh menurutku kita ikutin aja apa yang ada di mimpi ku, aku ngerasa ada hubungannya dengan masalah Chiko
dan pak Eko, Chintya dan sahabat-sahabatnya setuju pergi ke sekolah Bina Sakti jam 15.00 WIB sore. Mereka sudah sampai di sekolah Bina Sakti disana sangat sepi seperti tidak ada orang. “Kita tidak boleh pergi sendiri, kalau ada salah satu dari kita pingin pergi ijin dulu ke aku” kata Chintya. “OK” kata sahabat-sahabatnya serempak. “Guys, aku mau ke kamar mandi ya” kata Chintya. “Kita temani ya” kata Dinda dan Nita. “Nggak usah aku bisa sendiri kok, kalian disini aja nanti aku kembali” kata Chintya. Saat di tengah perjalanan menuju ke kamar mandi ia bertemu dengan anak kecil itu. “Kak, tolong aku “ kata anak kecil perempuan itu. “Kita sudah menunggu 2 jam disini dan Chintya tidak kembali, kita samperin saja” kata Dinda. “Iya perasaanku juga nggak enak” kata Chiko. Chintya mengikuti anak kecil perempuan itu, tiba-tiba Chintya di bawa ke 2 tahun yang lalu sebelum kehadiran Chiko dan juga sebelumnya Chintya, Nita, Dinda, Tito, dan Faricel datang ke sekolah ini.
Chintya melihat semua kejadian yang terjadi pada 2 tahun yang lalu, anak kecil perempuan itu namanya Vani, ia adalah murid kesayangan Bu. Violet,pada tahun yang lalu Fira yang menjadi murid kesayangan Bu Violet dengan kehadiran Vani Bu Violet menjadi sayang kepada Vani. Fira menjadi marah dan iri ia membalaskan dendamnya, Fira mengajak Vani ke gudang tua disana Fira mengunci Vani di gudang tua
itu, disana Fira juga lupa kalau ia mengunci Vani di gudang tua itu. Disana ia menemukan boneka yang saat itu ia buang dan sekarang ia menemukan boneka itu, di gudang tua itu ia menyendiri tidak ada makan, tidak ada minum. Malam pun tiba ia tidur dengan Koran dan dengan boneka itu, saat pukul 12.00 WIB malam boneka itu hidup. Boneka itu juga ingin membalaskan dendamnya ke Vani karena sudah membuangnya, pada malam itu juga dibunuh lah Vani. “Chintya, sadar kamu kenapa?” kata Dinda dan Nita. “Aku nggak apa-apa kok” kata Chintya.
Setelah Chintya sadar, ia segera menceritakan masalah Vani (anak kecil perempuan itu). Setelah semuanya baik-baik saja, Chintya dan sahabat- sahabatnya segera ke rumah pak Eko untuk meminta penjelasan tentang Chiko. Sesampainya di rumah pak Eko, pak Eko menjelaskan kalau dulu pak Eko dengan bu Sri itu berpisah mereka, berjanji membawa anaknya masing-masing. Vani dibawa oleh pak Eko dan yang bu Sri membawa Chiko. “Pak Eko sebenarnya pinginnya gimana?” Tanya Chintya. “Saya kepingin bertemu anak saya Valentino, kan ibunya sudah meninggal saya kepingin betemu anak saya” kata Pak Eko. “Nama kepanjangan anak bapak yang Valentino siapa?” Tanya Chintya. “Namanya Valentino Chiko Marcelino, memangnya kenapa?” Tanya Pak Eko. “Ini anak bapak Chiko ini yang bapak cari” kata Chiko memotong pembicaraan. “Anakku Chiko maafkanlah
bapak ya nak” kata Pak Eko. “Terimakasih ya Chintya kamu sudah membantu ku” kata Chiko dan Pak Eko.
Selesai
0 Comments