Oleh : Yudi Ento Handoyo
Cinta sayang rindu (CSR) sebuah kata indah, penuh makna, mendalam, sakral, religius, membahagiakan, menyenangkan, penuh gairah, menggairahkan, terikat di rambut sampai ujung jemari kaki, menggetarkan seluruh jiwa, tantangan, berisiko, dunia seperti miliknya, seraya bagai bunga mekar, bersemai, seraya daun hijau tak pernah layu, semerbak wangi, tak akan luntur, hidup sepanjang masa, tak akan pernah mati, bagai sinar pagi berpendar raya, bagai gumpalan awan di langit berwarna putih, bagai sinar warna-warni, menggiurkan, membuat ketagihan, melekat di pelupuk mata dan hati, tiada jarak sehelai benang rambut, bagai satu raga dan jiwa melekat, dinginnya embun pagi, satu piring berdua, nikmatnya ayunan, tirta suci, satu garis tegak, satu garis mendatar, tidak goyah, satu kata, satu pemikiran, indahnya alam semesta, senyum menawan, tangisan di relung hati, menetes tirta netra suci, satu rasa hati, milikmu milikku, milikku milikmu, apa adanya, satu tali ikatan suci,
Cinta sayang rindu, kalimat yang memiliki nilai tinggi atas anugerah yang tak terhingga dari Tuhan Yang Maha Agung. Tidak diragukan sehelai rambut, oleh karena jelas melekat pada ciptaan-Nya. Cinta sayang rindu ibarat saudara sejati, saudara sekandung satu darah yang sama tidak terbelah satu di antaranya. Dapat pula diidentikkan antara panas, air dan angin, gelap dan terang, bahagia dan sedih, menangis dan tertawa. Cinta sayang rindu, tidak hanya terarah sebatas pada manusia, juga pada hewan, tumbuhan dan segala isinya di alam semesta, lebih-lebih terhadap Sang Maha Tunggal.
Nah, saat ini sangatlah disayangkan kalimat yang sangat indah, sakral di mata Sang Pencipta, menjadikan kalimat sedikit tak bermakna. Sebab, kalimat itu hanya sebagai kata perayu mencari kekasih, ungkapan penjinak lawan sebagai target, pelampiasan penyakit jiwa untuk menggauli, karena panggilan jiwa karena Allah Ta ‘ala dan banyak dalil secara individual, yang merupakan hal yang wajar dan tidak wajar kembali pada diri insan manusia. Menariknya sangat luar biasa kata cinta sayang rindu, sepertinya seraya bunga-bunga cinta yang lagi mekar-mekarnya, semerbak harum menebar terhirup ke titik relung hati. Melekatnya bukan main tanpa sedetik berjalan terasa ada yang hilang di jiwa dalam urusan cinta sayang rindu, bagaikan angin yang memiliki ruh saling berkejaran.
Cinta sayang rindu, tidak mengenal usia sudah merupakan kodratnya yang melekat, kematian yang memisahkannya tidak ada lagi kata bersambung melekat. Yang menakjubkan kata-kata sakral bisa senyap, hilang dan lenyap seakan di telan bumi. Sangatlah aneh jika cinta sayang rindu, beralih dengan sangatlah mudah bagaikan kupu-kupu terbang, hinggap dan menyerap madu, terbang dan terbang lagi mencari madu yang dirasakan nikmat. Kesakralan yang mempunyai nilai sangat tinggi seperti kata bualan, permainan kata-kata di kedua belah bibir, lebih tajam sebagai permainan bersilat lidah di bagian ujungnya, ujung lidah yang mematikan sekali tenggak air cinta sayang rindu segelas kecil merambah yang lebih besar.
Cinta sayang rindu, semakin menggelora lupa akan daratan dan lautan apalagi awang-awang tanpa batas, yang bukan lawannya dikesampingkan, seperti terhadap hewan, pepohonan dan jenis tumbuhan lainnya. Dan lebih tragis melupakan Sang Illahi, lupa akan percikan rasa yang sangat sensitif yang ditiupkan tanpa bisa dirasakan kehalusannya. Cinta sayang rindu bagaikan sinyal berkekuatan tinggi tidak terlihat dapat pula mematikan, secara kasat mata seakan memiliki nyawa berlipat-lipat dapat mengakibatkan kematian jikalau tak terkendali ujung belati yang tajam menyambar dengan cepat. Cinta sayang rindu tak akan punah, lenyap dan hilang, silih berganti masanya dapat terarah menuju kebaikan maupun keburukan.
***
Duhai zat Yang Maha Agung, walaupun tak terlihat menjadi sesembahan
Engkaulah segalanya satu tiada diduakan, sampai jasad di kubangan
Cinta kasih sayang-Mu, sudah tertiupkan sebelum janin terbentuk
Cinta kasih sayang, bagaikan bulatan tak terbelah
Setelah terlahir mengurai, perwujudan cinta kasih sayang, tidak dirasakan datangnya
Melekat dan kapan tiba serta bermuara, seraya tiada jejaknya
Seakan adanya rasa dan merasakan, dianggapnya hal biasa
Sungguh disayangkan, itulah adanya cinta kasih sayang tidak dikelola
Cinta kasih sayang melekat, menjadi senjata propaganda
Bagaimana reaksi sesungguhnya, seakan samar dan bayang-bayang
Dirasakan sepenuh hati, membulat utuh sekelebat setelahnya menipis
Ibaratkan air menggelombang, terhempas dan kembali lagi
Cinta kasih sayang bukanlah bualan semata, sudah menjadi kodratnya
Bualan cinta kasih sayang menjadi permainan, dilegendakan sebagai jurus andalan
Dilupakan kesakralannya, cinta menjadi bumbu masakan
Misterius seraya berjalan di padang ilalang, bagaikan hempasan angin datang dan pergi
Surabaya, 05 Februari 2023
0 Comments