Kita ketahui bersama saat menjelang remaja, cinta mulai merambah, merambat pelan, diawali pada pandangan mata, sebatas pandangan mata awalnya. Hanya pada seputaran otak belaka bergelayutan rasa ingin memiliki seorang kekasih, diawali dengan bahasa secara umum “Cinta Monyet”, bagaimana makna cinta monyet, mungkin sebagai insan manusia, mempunyai pendapat masing-masing, bisa dianalogikan sendiri-sendiri, dan tidak perlu diperdebatkan sampai berantem, sengit-sengitan menjadi tidak enak pikiran dan hati.
Tatkala masih remaja dorongan begitu kuat, berlomba mencari pasangan kekasih, berkecamuk dalam pikiran, ada yang berani, ada yang tidak berani dan ada yang malu-malu kucing, serta ada pula yang berkehendak namun tidak berani mengungkapkan, hanya dipendam saja. Inilah sebuah warna sungguh sangat unik, di kala remaja menyenangkan, tatkala timbul sakit hati sewaktu sang kekasih bergelayut dengan yang lainnya.
Ada kalanya cinta di saat remaja, dengan julukan cinta monyet, bersambung sampai mahligai, ada hal-hal tertentu perlu pendalaman, penelitian obyek dan psikologisnya, apa yang terkandung di dalam isi pikiran, isi hati kedua insan manusia dimaksud. Janganlah dibuat perdebatan dalam mencari jawaban, oleh karena tentunya kembali kehendak Sang Maha Suci dan tentunya insan-insan manusialah juga yang menentukan jalan kehidupan, penghidupannya.
Persoalan cinta tidak hanya melanda dunia remaja, dewasa dan senior usia, kenapa demikian?!, Tentunya sudah menjadi suratan, kodratinya yang melekat pada dua sisi, yakni isi pikiran dan isi hati, apakah demikian adanya!, Sekali lagi janganlah dibuat perdebatan soal “Cinta”, insan manusia bisa menjawabnya masing-masing. Cinta sungguh Unik, menarik, menjengkelkan, menyakitkan, menyenangkan, membahagiakan dan bisa menjadi pertengkaran, dendam dan terarah sebuah penganiayaan ringan sampai terberat, dan bisa terjungkal pada pembunuhan.
Cinta mempunyai kadar dari yang bobot sederhana sampai menjadi kadar yang terberat, sebagaimana bisa dikatagorikan jenis bahan baku “Besi,Tembaga, Kuningan, Emas kuning, Emas Emas putih/paladium, Batu Akik, Batu Mulia”, kesemuanya memiliki nilai harga tersendiri, maksudnya bukan barangnya, “Ya “atau “tidak”!, Kembali pada insan manusia sebagai pelaku yang berpijak di atas tanah. Tetapi kadar dimaksud bukan berarti bisa dijual, hanya sebuah penilaian perumpamaan saja, hanya dilihat kadar nilai percintaannya, asal muasalnya, sejauh apa yang dilakukan, diperjuangkan, dipertahankan, nilai sisi lain yang tersembunyi dan tentunya sangat misterius.
Cinta percintaan lebih sifat mendasar ada dalam kodrati pada jiwa manusia, kok bisa begitu ya!, Ada pada sisi mana rasa cinta yang sesungguhnya, ada yang menjawab di “Hati”, berawal dari pandangan mata, memang itulah adanya. Kalau memang demikian Rasa Cinta di hati, merupakan hal yang kunci, tetapi apa!, bisa bergeser atau tidak kah!. bagaimana kira-kira seperti demikian, apakah?!, Masih misterius.
Cinta dan cinta mudah diucapkan melalui dua katub bibir sebagai sarananya, apakah benar dan tidaknya, insan manusialah yang mengetahui sejatinya. Dan apakah!, insan manusia super boy, super women dan super hero. Sesungguhnya seperti itu, karena bersemayam dalam jasad “Ruh, Sukma” yang tidak terlihat. Termasuk insan manusia atas kuasaNya, sangatlah luar biasa, patut disadari kalau begitu!, apakah! Sadar dan tidak sadar, atas kekuatan yang tidak terlihat, apa masih dipungkiri. Mari merenung bersama, mumpung masih bisa bernafas.
Sesungguhnya yang memainkan, siapakah?!, Kalau begitu yang berperan sangat besar “Ruh, Sukma”, badan wadag, jasad ini sebagai tumpangan, sarana dohir saja yang digerakkan. Sungguh Misterius ya, hanya kepadaNya yang mengetahui segala-galanya.
Kembali ke cinta, rasa cinta dan perncintaan di jagad jumantara ini, menengok sedikit saja pada pohon mangga, yang rantingnya keluar daun yang masih muda, lemas, lentur, warna merah hati, dan masih bersatu layaknya tidak akan berpisah, sungguh indah sekali kalau dipandanginya, dihempas anginpun tidak mau berpisah “Lengket”, kayak perangko. Cinta apakah sama ya!, jika diawali sejak dini, awal sangat menyenangkan, membahagiakan, seakan dunia adalah miliknya, katanya begitu!.
Lambat laun daun mangga yang masih belia, muda, lama dan semakin lama kuat, keras dan tentunya berdiri sendiri, dan tidak mau lagi menempel, sampai jatuhpun lepas dari ranting sendirian, yang lainnya tidak mau tau, entah lepas dan tidak. Kayaknya cinta, tidak berkehendak disamakan dengan daun yang sudah beranjak menua berdiri sendiri kemudian jatuh.
Kalau ditilik dari daun muda yang masih menempel, melekat bersatu, yang masih identik harapan dengan “Cinta”, kalau menua daunnya berdiri sendiri tidak pas kalau dikatakan “Cinta”, karena tidak bersatu kembali.
Dengan demikian ditilik pada “Bunga”, kita pandangi secara seksama “Bunga Mawar”, dari awal kuncup, beranjak remaja sampai tua, sampai layu, mengering tetap tegak, bersatu dengan batangnya, tidak hendak berpisah. Kita pandangi “Bunga Kamboja”, saat kuncup, beranjak remaja sampai tua lembaran daun menyertainya tidak terlepas, bersatu dengan lembaran bunga di dekatnya, jatuhpun masih mengikat. Janganlah dibuat perdebatan hal ini, hanya sebuah proses pembelajaran kehidupan insan manusia.
Sebagaimana contoh antara “Daun” dan “Bunga”, kalau begitu bisa atau tidak diambil maknanya, “Cinta bagaikan daun” atau “Cinta bagaikan Bunga” dan atau tidak memilih dua hal tersebut diatas. Hindari perdebatan dalam hal pendapat terkait dengan “Cinta” yang sesungguhnya, karena insan manusia sangatlah misterius.
Ada sebuah perkataan dalam berbagai ungkapan yang disampaikan terkait dengan kalimat “Cinta”, yakni “Bunga-Bunga Cinta”, “Cinta Bagaikan Bunga Yang sedang Mekar”, “Cinta Ibarat Bunga Yang Harum”, dan lain sebagainya. Namun tidak ada pengungkapan “Cinta” bagaikan “Daun Muda”, “Daun Layu atau Daun Tua”, ” Cinta Bagaikan Daun Berguguran”.
Kembali pada insan manusia yang terlahir, dan mengemban amanah dalam menjalankan kehidupan, penghidupannya hendak kemana, kemana hendak menentukan langkahnya, dan hal yang diambil dalam menentukan masa depannya, masa depan negerinya dengan “Cinta”.
Sda, 4 Nopember 2021
0 Comments