Cinta Atau “Ada Maunya”?!

by | Oct 25, 2021 | Pojok

Kasihan nasib “cinta”, sering disalahkan dan sering pula dijadikan alasan. Cinta buta pun yang disalahkan cinta. Untuk menikah juga alasannya cinta, padahal belum tentu! Cinta seringkali dijadikan objek keinginan dan kepentingan diri sendiri. Numpang hidup dan ingin naik derajat juga bisa menggunakan alasan menikah. Buktinya kalau sudah “tak ada uang atau kurang uang”, lenyap semua itu cinta. Ya, kan?!

Seperti Siti Khadijah yang mencintai suaminya,
Hanya memberi tanpa pernah berharap,
Tanpa ada susah selalu berusaha tersenyum,
Menggapai kebenaran untuk bersama…

Kemuliaan dan kehormatan…

#puisimariska

Ini bukan hanya soal buaya darat yang seolah cinta tapi ada mau enaknya saja, tetapi juga soal piranha (perempuan) yang bisa menelan habis tanpa sisa dan tanpa belas kasihan. Jangankan cinta, yang didahulukan selalu ego keinginan dan kepentingan diri sendiri. Anak pun meski diaku sayang tetapi bisa dikorbankan sedemikian rupa dan dijadikan objek keinginan dan kepentingan semata. Parah!!!

Sejarah, cerita, dan ajaran sepertinya hanya seperti angin yang sedang berlalu dari kiri ke kanan. Menetap di dalam benak sedikit pun tidak, apalagi meresap ke dalam hati hingga berani dan mampu mempraktekkannya dengan sungguh-sungguh. Bila hanya sekedar niat tanpa doa dan usaha yang konsisten, jalan yang benar juga, apa artinya? Dalam banyak ajaran agama, untuk sembahyah tidak hanya sekedar niat, salah melakukan, ya salah semua.

Dalam keadaan dan situasi yang tidak menentu dan banyak masalah terjadi di mana-mana, tingkat perceraian juga semakin tinggi. Faktor ekonomi menjadi salah satu alasan yang menyebabkan perceraian bisa terjadi. Ini yang cukup mengejutkan sebab semestinya masalah ekonomi bisa diselesaikan bersama dan dengan kebersamaan. Soal kewajiban, bila selalu dijadikan kewajiban dan dituntut maka akan selalu ada hak yang juga akan dituntut dan wajin diberikan. Bila memang tulus dan ikhlas, ya berikan saja dan lakukan bersama-sama untuk kepentingan bersama. Lagipula, yakin sudah menunaikan kewajiban diri sendiri sebelum menuntut pasangan dan yang lain?!

Kita bisa dengan mudahnya memberi nasehat kepada orang lain soal kasih sayang, ketulusan, kebersamaan dan bahkan benci dengan segala dusta serta kemunafikan. Namun, tidak semudah itu untuk memberikan nasehat pada diri sendiri untuk hal yang sama, apalagi untuk konsisten melakukannya. Terlalu banyak alasan dengan segala pembenaran yang dirasionalisasikan, hingga pada akhirnya membuat tidak bahagia dan rusak semua.

Masalah semakin larut dan bila tidak dihentikan, akan semakin bermasalah. Ribut sudah biasa bila memang benar untuk mencapai kedamaian. Seperti pepatah dalam perang, “ci cis pacem para bellum, jika ingin damai, bersiaplah perang”. Takut menghadapi perang, jangan harap mendapatkan kedamaian.
Coba jawab dulu, “Cinta atau ada maunya, sih?!”.

Bandung, 23 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This