Peluh mengucur seperti luapan air di musim hujan,
Terik matahari tidak berhenti menyengat laksana api menjilat wajan,
Kepala panas membara membuat pikiran terbawa hiperbola politik kuda trojan,
Namun hati tetap terbalut rindu hingga nafas tertahan bak sedang merejan…
Ingin kutulis semuanya dalam rangkaian kata,
Dengan pena runcing dari helai burung Garuda,
Bahwa cinta tidak membutuhkan banyak janji dan alasan,
Cukup pembuktian lewat kerja dan karya nyata yang dilandasi ketulusan dan kasih sayang…
Percuma semua teriakan penuh amarah dengki dendam hujatan,
Hanya menjadi kenihilan mimpi di siang bolong belaka,
Kepalsuan tetap nampak meski ditutup ratusan, ribuan, jutaan topeng dan dempul termahal,
Semua ada masa dan waktunya, tidak ada keabadian yang dapat dibeli dan dibayar…
Aku rindu Indonesiaku…
Aku rindu kemerdekaan negeriku, bangsaku, rakyatku…
Aku yakin terik matahari akan terhapus setelah hujan badai menghantam kuat dan menghancurkan segala dusta dan kejahatan para durjana pemerkosa kehormatan Ibu Pertiwi…
Alam tidak akan pernah sudi dikalahkan oleh kejahatan…
Di bawah terik matahari, aku menulis catatan rindu…
Di kitab langit yang selalu terbuka bagi semua yang yakin dan percaya padaNya…
Bandung, 21 September 2023
Mariska Lubis
0 Comments