Gravitas TV menayangkan video jutaan unit rumah yang sedang dibangun di China dihancurkan dengan bom karena daya beli Chinese melemah. Selain itu rumah-rumah yang siap huni 90 juta orang, jadi perumahan hantu, tak ada penghuni.
Kalau 1 unit rumah tampung 3 orang, maka ada 30 juta unit rumah kosong. Ini di luar proyect Evergrande yang juga bikin puluhan juta unit rumah kosong. Belum lagi proyek infrastruktur yang mangkrak berupa jalan, jembatan, dan pelabuhan udara.
Apa yang dialami China kini juga lagi kita alami. Labuhan udara jadi bengkel, jalan layang terputus kehabisan ongkos, moda transportasi modern hampa penumpang.
China dan Indonesia terkena project desease varian boke. Yang idap desease ini langsung boke, alias tidak liquid.
Siapa penabur desease? Diri sendiri. China mau cepat-cepat jadi “Super Power”, Indonesia ingin tunjukan pada pemilih, inilah pemerintahan super sukses di Indonesia. Semua tanpa perencanaan pembangunan terpadu dan matang.
Ketika kerajaan Sunda di Bogor bubar 1579 dan pada 1619 di Jakarta muncul VOC, ketua-ketua adat setempat tidak mati langkah. Parung terbentuk di mana-mana di kawasan sekitar. Parung tempat singgah. Ada tontonan. Maka pasar terbentuk. Orang Bogor tak perlu semua kumpul di Pasar Bogor.
Dari contoh ini pelajaran yang dapat ditarik, social leaders di jaman itu dapat merumuskan point economic development yang paling strategis.
Ratusan jalan layang yang dibangun hanya sedikit yang menghubungkan produksi ke distribusi/pasar. Rata-rarta jalan layang itu menghubungkan orang dengan orang. Makanya jalan layang banyak yang sepi.
Memimpin itu harus ada brain, tak cukup dengan bikin tebak-tebakan menyebut sepuluh nama ikan.
Suatu hari Menkeu Ali Wardana menjamu saya makan siang di kantin Departemen Keuangan. Kata Ali Wardana, “Selama setahun pertama saya jadi Menkeu saya diminta Pak Harto untuk mem-brief soal-soal ekonomi.”
Masuk tahun ke-2 saya dipanggil Pak Harto.
“You tau apa yang tejadi, Ridwan?”
“Tidak, Pak,” jawabku.
“Saya di-brief Pak Harto soal-soal ekonomi dunia dan Indonesia?!” kata Ali Wardana terus minum air.
Seperti kena haus desease, saya pun minum air juga.
RSaidi
0 Comments