Seperti Sun Go Kong yang harus melewati 9 ujian dan 99 cobaan, mendaki gunung Burangrang juga bukan perkara yang bisa disepelekan. Tinginya yang kata orang hanya 2050 mdpl adalah godaan untuk menaikinya, namun setelah diterjang kita akan disuguhkan jalan akar berbalut tanah. Setiap setapak tidak mudah untuk dipijak, tapi itu hanya permulaan.

Pos 3 adalah permulaan, pendakian baru terasa mulai dari sini. Banyak pegangan yang terbuat dari batang pohon untuk memudahkan pendakian walaupun tidak semudah sebenarnya. Meski tangan bisa berpegangan terkadang kaki sulit mencari pijakan, begitu pula sebaliknya. Jarang ada bonus (daerah landai), perjalanan terus mengarah ke atas.

Menuju pos 4 kami berpapasan dengan para pendaki yang sudah menikmati puncak, 5 pria dan 1 wanita. Kala itu tanah basah dan licin karena gerimis. Wanita di rombongan itu terpeleset, tapi beruntung tidak mengalami cedera. Sebelum sampai pos 4 saya menawari teman saya untuk makan terlebih dahulu karena terakhir kali makan itu sebelum mendaki jam 12 tengah hari dan saat saya menawarinya untuk makan ketika pukul 4 sore. Teman saya menolak makan, ujarnya kami harus sampai pos berikutnya terlebih dahulu.

Sehari – hari teman saya jarang sekali minum, namun belum sampai pos 4 dia sudah minum 1 liter lebih. Pengalaman pertama yang benar – benar jauh dari kebiasaanya. Semoga saja tidak kapok.