Serasa Don Juan, era kekinian mah kayaknya Dilan. Tapi aku bukan keduanya. Aku, tuh, Dilsan! Emot ketawa itu menyisakan penyesalan.
Yang kuingat saat itu dia berkata: “kayak yang pacaran ih!”, saat tangan ini kulingkarkan di pundaknya, menjauh dari Jayagiri.
Dilalah Dilsan pun menjawab: “Biarin atuh pacaran juga!”.
Rasanya jantung mau copot, keringat dingin bercucuran, aneh tapi nyata! Aku ‘kan, Dilsan!
Maaf Bah Iwan, tak ada melati di Jayagiri. Tak ada kenangan indah. Mentari memang tenggelam.
Yang kusyukuri senyuman itu penuh kedamaian. Bintangnya tetap bersinar. Tetap memberi keteduhan.
Dari Jayagiri, kuteringat senyuman itu. Senyuman yang kurindukan.
0 Comments