Mahkluk hidup tercipta dan dicipta oleh Allah SWT, di alam semesta secara turun temurun, sesungguhnya terjadi secara hakiki. Apa sebenarnya yang harus dilakukan sebagai insan manusia yang hakiki? Dari masa ke masa, peradaban semuanya hampir identik sebagaimana perjuangan yang ditegakkan. Tidakkah, adanya hal itu ibarat terpatri bagaikan pohon? Apapun goncangan, hempasan angin yang menimpa tapi tetap berdiri tegak dengan segala peran dan fungsi yang dimilikinya.
Memanglah sangat sulit namun tidak pantang menyerah. Pada kenyataannya, dalam setiap kurun waktu selalu terjadi sebuah perubahan. Perubahan bersifat destruktif maupun konstruktif. Tidak ayal lagi semuanya dapat terjadi di muka bumi ini, baik dalam bentuk terang-terangan maupun yang tersembunyi. Tinggallah menunggu waktu yang akan terjadi.
Kekuatan tidak terbangun dengan baik dan bisa menguatkan jika tidak menghilangkan dan menghapuskan kepentingan diri, kelompok, dan organisasi. Namun, akan menjadi kuat dan besar tentunya jika kembali pada jati diri anak negeri. Kembali pada sebuah pohon dengan akar-akarnya yang lunak, keras, dan kuat menelisip ke segala penjuru arah dengan tujuan memberikan kekuatan seutuhnya terhadap lapisan tanah dengan segala unsur-unsurnya. Akar tersebut mengikat dan memberi manfaat begitu besar terhadap alam sekitarnya. Bagaimana pohon itu pada sisi batangnya dapat memberikan keteguhan dan kekuatan, menyalurkan hidup dan kehidupan pada setiap cabang, ranting, dan daunnya, serta memberikan keteduhan terhadap sekelilingnya?
Perumpamaan pada sebuah pohon yang secara filosofis dapat diterapkan secara hakiki, sesungguhnya memberikan dan menyalurkan hal yang tepat serta menjaga keteguhan, kekuatan demi tegaknya pohon tersebut. Hal ini tentunya menjadi landasan dan prinsip di dalam hidup dan kehidupan. Namun, tentunya tidak mudah jika kepentingan-kepentingan tersebut selalu mewarnai perjalanan kehidupan manusia dengan segala hal yang melingkupinya. Ini terjadi karena manusia memiliki keinginan dan kehendak yang berbeda-beda, kompetitif dalam kehidupannya baik itu positif, negatif, sehat, tidak sehat dan lain sebagainya.
Pada kenyataannya, semuanya terjadi. Apakah hal demikian menjadi pendongkrak sebuah perubahan baik pada sisi alam yang dipijaknya, manusianya? Apakah segala angan yang dipikirkan setiap manusia akan menjadi gelombang perambatan yang saling menyepakati antara satu dengan lainnya? Pro dan kontra selalu ada dalam setiap perjalanannya. Menjadikan sebuah pemikiran lain baik sehat, tidak sehat, saling serang dan menyerang, maupun menjadi sebuah perdebatan yang seru. Lebih jauh, dapat menimbulkan sebuah konflik secara meluas, tak ayal dapat menimbulkan korban jiwa, harta benda, dan kerusakan.
Sungguh sangat terasa pilu apabila sesuatu yang sudah ada dan menjadi tonggak kuat tidak tergoyahkan oleh siapapun selama bertahun-tahun, namun dengan mudah diubah dan digoyahkan sendiri. Sebuah pemikiran yang sangat sederhana, menjadi serius bahkan sangat misterius. Diibaratkan menanam pohon jati yang umurnya ratusan tahun masih berdiri gagah perkasa. Namun kemudian diganti dengan pohon bunga kamboja. Tentunya itu sangatlah tidak setara dengan apa yang menjadi cita-cita luhur.
Perenungan secara mendalam tidak hanya terjadi karena adanya perubahan bangga atas diubahnya sesuatu. Namun, di masa yang akan datang dan ke masa depan yang bersifat sementara menjadikan daya lekat akan mengalir tidak terasa, menjadi berkarat, dan sulit kembali bangkit secara mendasar. Sesungguhnya proses perjuangan diperjuangkan dengan tetesan darah.
Surabaya, 8 September 2021
Yudi E. Handoyo
0 Comments