Malam terlanjur gelap ditelan kelam,
Anak-anak terlelap di pelukan mimpi temaram,
Bunga bermuram durja tidak mampu melawan,
Kalang kabut hati dan pikiran kotor terus mengancam…
Gundah gulana terus menusuk sukma,
Terlalu takut untuk mengaku,
Lebih berani menuduh dan hidup dalam kemunafikan berlama-lama,
Apakah harus sampai mati dan kaku?!
Bila semua sekedar menunggu waktu itu tiba,
Untuk apa berdoa tanpa usaha?!
Pohon di tanah kering tidak pasrah menyerah,
Apakah karena tiada dosa yang pernah terbuat olehnya?!
—
Sungguh sangat disayangkan, bila manusia tidak lagi tahu harus berbuat apa. Memilih pasrah dalam arti menyerah tanpa ada usaha untuk melalukan perubahan menuju yang lebih baik. Berkutat dengan dalih sabar, untuk hal yang salah. Tidak memiliki keberanian untuk berubah meski ingin berubah dan ada perubahan. Sabar untuk hal yang benar dan kebenaran, justru ditakutkan dan dihindari.
Manusia dengan segala kesombongannya sesungguhnya hanyalah jelmaan para pengecut dan pecundang. Hidup menjadi sia-sia karena diisi dengan kenihilan yang tiada arti dan guna yang bermanfaat selain untuk kesenangan dan keinginan diri semata. Jangankan berpikir panjang tentang masa depan dan yang lain, untuk benar sujud dan hormat kepada Yang Maha Kuasa agar benar berilmu pun takut. Terlalu banyak alasan menolak kebenaran itu sendiri.
Merasa hebat dan tahu tetapi tidak mampu dan tidak mau melihat apalagi mendengar dari berbagai sudut. Takut menghadapi fakta dan kenyataan yang sesungguhnya atas pilihan diri sendiri dengan segala kesalahan yang sudah dihadapi. Hingga gelap itu pun semakin kelam, bahkan tiada lagi ada mimpi yang mampu menjadi bunga.
Segala duka dan nestapa tidak semua takdir, sebab nasib ditentukan oleh pilihan sendiri. Segala keputusan ada resiko masing-masing, tidak perlu menyalahkan siapapun. Begitu pula dengan keputusan untuk menyelesaikan masalah dan menghadapi masa depan. Semua tergantung pada pilihan.
Ah! Seandainya saja semua ini benar bisa diterima dengan lapang dada dan hati yang luas, tentunya tidak perlu malam itu terus menjadi terlanjur gelap ditelan kelam. Bintang begitu banyak bertebaran di atas sana, tetap menanti untuk diukir. Kapankah semua ini berakhir dan berlalu?! Bukankah badai itu pasti berlalu dan menunggu?!
Surabaya, 1 Oktober 2021
0 Comments