Orang Sunda ada yang menamakan paket makanan dalam wadah terbuat dari anyaman bambu ini ‘cangkedong’. Ada pula yang menyebutnya ‘idangan’, atau seringkali disebut pula ‘sangu pipiti’. Apa pun namanya, dulu sewaktu kecil paket nasi yang unik ini sangat ditunggu bila Emak pulang dari kondangan atau selamatan.
Seperti biasa Emak pun membagi-bagi menu makanan dalam besek itu untuk kami anak-anaknya. Agar semua terbagi, telor yang satu 1 butir dalam besek itu pun dibagi menjadi empat bagian. Demikian pula makanan lainnya seperti gepuk atau empal daging, ikan, dan yang lainnya. Biar pun hanya terbagi sedikit-sedikit tapi kami menyantapnya dengan riang dan Emak pun tersenyum bahagia walau pun dia sendiri tidak mendapat jatah.
Cankedong yang wadahnya berupa anyaman bambu yang disebut besek atau pipiti ini, biasanya diisi dengan makanan secara berlapis. Dan setiap lapisan dialasi dengan daun pisang yang sebelumnya ‘dilempeh’ atau didekatkan ke api hingga menjadi lembut dan harum baunya lalu dipotong sesuai ukuran besek. Lapisan pertama berisi nasi, lapisan berikutnya terdiri dari gepuk atau empal daging, ikan mas goreng, goreng ikan asin pepetek tepung, telor rebus, kentang goreng, tahu-tempe goreng, dan ase cabe gendot. Pokoknya komplit isinya.
Dulu cangkedong ini merupakan tradisi hantaran atau buah tangan dari acara selamatan, hajatan, atau perayaan lainnya. Namun seiring perkembangan zaman, cangkedong kini sudah sangat jarang dipakai. Kecuali di daerah-daerah tertentu yang masih mempertahankan tradisi seperti itu. Ada pula yang terinspirasi membuat paket nasi unik seperti itu di sebuah resto. Namun sekarang kebanyakan cangkedong sudah digantikan nasi kardus atau nasi box dengan variasi makanan berbeda. Bahkan hantaran dari selamatan atau hajatan sekarang di kampung-kampung tidak lagi berupa makanan siap santap tapi berupa sembako seperti mie instans atau beras, telor mentah, minyak goreng, kecap, plus biskuit. Semuanya dikemas dalam sebuah kantong plastik. Lebih praktis sih, tapi tak bisa langsung dinikmati ramai-ramai seperti kami dulu 😀
0 Comments