Berliku Rasa Bahagia, Kalau sadar

Oct 20, 2021 | Essai

Mendasari sebuah proses kehidupan penghidupan insan manusia dari Titik Nol, dari hal yang kosong melompong, tanpa isi dan tanpa terisi apapun, bagaikan angin tidak bisa dipegang, digenggam dan hanya bisa dirasakan jika menyentuh tubuh, menghempas, terhempas menyentuh kulit ari yang dapat dirasakan, kadang kala angin rasa hambar, menyengat, sejuk dan dingin. Saat ini bisa leluasa berbicara menuangkan, mengungkapkan pendek, panjang sebuah cerita perjalanan kehidupan penghidupan, tahukah diri kita, sejak kapan tepat dan waktunya ungkapan bisa disampaikan?!

Kembali saat berawal asal muasal sebelumnya dengan waktu yang cukup panjang, saat itu dalam “Wadah Gua Garba”, apa yang sesungguhnya saat itu, adakah?, yang dapat merasakan dirasakan, dan saya rasa tidak akan ada yang menjawab. Paling-paling banyak berkomentar, berpendapat “Ngomong apa”, “Bicara apa”,,”Kayak Tau Saja”, “Gebleeg”, “Ya, Ya” “Iya”, “Maha Suci dengan segala kebesarannya”, “Yaa Allah”, dan banyak lagi dalam benak yang tidak mampu menjawab, dan hendak menjawab, namun berpikir di dalam isi pikirannya serta dalam hatinya. Sebuah hal yang sangat sederhana, mendasar sekali ibaratkan sebuah “Air”, “Angin” “Panas”, kapan terlahir, datang dan singgah mengisi alam semesta, tentunya ada dan tidakkah?!, Menjawabnya!, Paling-paling berkomentar “Mengapa ditanyakan dan dijawab”, “Edan”, “Kayak apa saja”, “Yo, Cari sendiri”, “Ngomong apa”, “Yaa Allah”, “Kembali kepadanya Yang Maha Suci”, “Kok dipercaya”, “Sinting”, ” Ya begitulah”,. ” Ya gimana lagi”, dan banyak lagi tentunya pendapat-pendapat, jawaban-jawaban dalam isi pikirannya dan hatinya.

Dan tentunya sangat menarik sekali, dari hal yang sangat sederhana sekali, namun ada dan tidaknya menjawab, dari jutaan insan manusia kembali saat-saat itu, tidak tahu apa-apa, kosong mlompong, terayun tidak mengerti, diayun tidak tahu sama sekali, terjungkal hanya diam saja, didoakan diam tidak merasakan apa-apa, diumpat dengan kejelekan tidak mau tau, diperas, ditendangpun dan dikasih bahan beracun cuek saja dan lain sebagainya. Oleh karenanya tentunnya melupakan dan dilupakan asal muasal seonggok jasad yang terlahir dan pengisi jagad alam semesta.

Tinjauan awal dan asal muasal saat itu, sangatlah tidak mengetahui sama sekali, dengan masa waktu yang cukup panjang, dan belajar mengikuti tingkat pendidikanpun tentunya tidak pernah berkhayal kembali dimasa saat belum menghirup udara segar di jagad raya, hanya tangisan “Cuer-cuer”, dan tidak menghendaki lagi masa itu, kesemuanya dilupakan, ditiadakan dan tidak ingin berkehendak mengingat kembali. Dari sinilah tentunya dapat menjadi pembelajaran paling mendasar bagi insan manusia, kehakikian kehidupan sebelum ada apa-apa, berjalannya masa proses, masa akhir kembalinya. Jika hal demikian menjadi tonggak sejarah diri dan kepribadian, setiap insan manusia bertalian satu sama lainnya, tentunya akan menjadi pengikat diri untuk saling menghormati, menghargai, menempatkan dan saling membantu antar sesama.

Tetapi pada kenyataannya semuanya tidak berjalan sebagaimana mestinya, harapan sesungguhnya bagaimana setiap individu insan manusia, dapat mengukir diri sebaik-baiknya kembali sebelum ada apa-apa. Betapa bahagia, indah dan bangganya antar sesama manusia, jika saling menempatkan diri masing-masing, tidak terjadi perselisihan yang dapat menimbulkan masalah. Namun pengisi dan penginjak bumi, ternyata dari masa lalu sampai sekarang, sama saja keadaan insan manusia. Hal ini secara sadar bahwa manusia, pada kenyataanya selalu ada hal-hal, yang sangat berbeda diantara satu dengan yang lainnya.

Kodrati manusia tentunya tidak akan ada perubahan sepanjang masa akan berakhir, walaupun masa lanjut usia, berjalan tidak normal, badannya tidak kekar kembali, dan segala tindakannya positif dan negatif adalah sebuah warna, dan tinggal menunggu malaikat mencabut nyawa menjemputnya. Manusia sunggulah unik dan mencoba, belajar menjadi unik dan terjadilah keunikan, sehingga dapat membuat orang lain bisa tertawa, menjengkelkan, merugikan, merusak, menghancurkan dan lain-lain. Jika tentunya dimaknai sesungguhnya akan terbesit, kebahagian timbul sifat sementara dan tidak melekat, oleh karena manusia banyak hal yang dipikirkan, diinginkan, dikehendaki dan tentunya akan mempengaruhi segala apa yang ada diisi kepala dan dikalbunya.

Mecoba belajar kembali kehakikian sebagai insan manusia, tidak mengenal usia, muda, remaja, tua, oleh karena manusia tercipta oleh Tiupan Sang Maha Suci, berbeda-beda atas kuasa dan kehendaknya. Jika sebagaimana insan manusia tidak belajar kembali dan merasa sombong, congkak, bodoh, minder, kaya, miskin, sukses, terjerembab, maka tidak akan terkendali, membuat sekat yang besar kaya membuat jarak terhadap sesamanya yang jauh dari mereka. Belajar dan belajar bukan berarti bodoh, dan merasa sudah hebat, namun belajar mengingat kembali asal muasal seonggok jasad, tidak lama kemudian terpendam didalam bumi.

Sby, 19 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This