“Bak kayu lungga pangabek, bak batang dikabek ciek” (seperti kayu longgar diikat, seperti batang diikat satu), begitulah rasanya kondisi masyarakat sekarang. Semua terpecah belah dan sulit untuk disusun dan diperbaiki. Menurut penulis, salah satu penyebab dari hal tersebut adalah media, baik media massa, televisi, maupun media sosial. Semua media merupakan wadah informasi bagi masyarakat. Apabila media memberikan informasi yang salah dan mempunyai unsur keberpihakan akan suatu kepentingan, maka masyarakat bisa terpengaruh oleh tulisan – tulisan yang disajikan oleh media tersebut.
Kita bisa melihat masih saja ada pengguna media sosial yang sibuk dengan “cerita politik kedai kopi”, yang mereka sendiri tidak memahaminya. Dan kita juga sering melihat acara televisi yang hanya menyajikan berita – berita tentang “cerita baik” yang belum tentu berita itu seutuhnya baik. Penyajian berita di televisi, hanya mengupas kulit luar dari sesuatu yang sedang “heboh”. Bahkan kalau di perhatikan, lebih banyak keberpihakan media televisi pada satu kelompok. Sedangkan untuk informasi dari pihak yang dianggap berlawanan dengan kelompok tersebut, tidak pernah diekspos dengan layak dan benar.
Begitu juga dengan media online, mungkin hanya sebagian kecil yang menyajikan berita dengan baik dan benar, sesuai dengan kaidah jurnalistik yang berlaku. Namun sayang, sekarang sebagian besar media lebih mementingkan segi bisnisnya saja, mengenyampingkan fungsi dari media itu sendiri.
Melansir dari laman pakarkomunikasi.com, yang menjelaskan tentang fungsi dari media, penulis sangat prihatin dengan kondisi media sekarang. Ternyata media sekarang khususnya media online dan televis sangatlah jauh dari yang seharusnya. Fungsi media tidak berjalan. Tidak sepenuhnya memberikan informasi, tapi hanya memberitakan. Ibarat seseorang yang mengerjakan sesuatu tanpa berpengetahuan tentang apa yang dikerjakannya, seperti kata orang Minangkabau “bapikia kapalang aka, baulemu kapalang paham”.
Penulis jadi ingat tetang film drama Korea yang berjudul Pinocchio. Apakah di negeri ini hanya ada Song Cha-Ok? Seorang reporter yang hanya mementingkan karir dan jabatannya, sehingga rela membuat berita bohong untuk menyelamatkan bossnya, menyelamatkan orang kaya pemegang saham mayoritas perusahaan dan para senator. Bahkan ia sampai rela mengorban orang lain untuk dijadikan “korban” berita. Apakah tidak ada Choi In-Ha si Pinocchio, yang akan cegukan kalau berbohong? Apakah tidak ada Choi Dal-Po? Seorang reporter yang bisa menahan diri untuk membalas dendam, karena ingin memberikan suatu pelajaran bagaimana menjadi reporter yang benar.
Masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan. Untuk memulai, seorang calon reporter dan penulis berita harus mempunyai keinginan dalam diri sendiri untuk belajar dengan baik dan benar. Dan membutuhkan bimbingan dari para senior “garis lurus” yang akan mengarahkan calon reporter dan penulis tersebut agar bisa menyajikan suatu berita dan tulisan yang dapat dipertanggungjawabkannya di dunia dan akhirat. Karena masyarakat membutuhkan informasi, berita, juga fakta yang akan berfungsi untuk mendidik masyarakat itu sendiri.
Agar berita atau tulisan yang dibuat oleh seorang reporter atau penulis dalam suatu media bisa berfungsi dengan baik dan benar, maka berita atau tulisan yang dibuat tersebut harus mempunyai adab dan etika. Adab dan etika merupakan dasar dalam kehidupan, jika tulisan yang dibuat tidak mempunyai adab dan etika, jangankan untuk mendidik, untuk mempertahankan media itu saja dalam segi bisnis akan sulit bahkan bisa hancur.
Jadi untuk para pemula, reporter, dan penulis yang berada di bawah naungan suatu media, alangkah baiknya banyak belajar untuk memperkuat ilmu jurnalistik sebagai dasar untuk diri sendiri. Dan perusahaan media sebagai suatu badan usaha agar memberikan pelatihan – pelatihan, baik secara umum maupun khusus kepada para reporter dan penulis yang bernaung dalam perusahaan tersebut agar perusahaan media itu bisa ”naik kelas”. Ibarat membangun sebuah rumah, apabila pemilik rumah mempunyai rencana untuk membangun rumah bertingkat namun terhalang faktor keuangan, si pemilik rumah baru bisa membangun rumah satu lantai saja. Tapi karena sudah punya rencana ingin membangun dua lantai dari awalnya, maka si pemilik rumah tetap akan membangun pondasi yang kuat dan sesuai standar untuk bangunan rumah dua lantai. Agar kalau dia ada rezeki nantinya dia hanya menambah bangunan lagi ke atas. Andaikan saja pondasi yang dibuatnya hanya untuk satu lantai rumah biasa apakah dia akan bisa menambah bangunan ke atas? Mungkin saja bisa, tapi rumahnya tidak akan aman dan ada kemungkinan roboh yang akan mengakibat kerugian, bahkan nyawa pun jadi taruhan.
Karena itu adab dan etika merupakan pondasi yang harus diperkuat dalam hidup. Begitu juga dalam menulis, adab dan etika sangat diperlukan agar tulisan yang disajikan berkelas. Mempunyai mutu yang akan bisa mendidik para pembaca tulisan tersebut. Sehingga tulisan dan berita yang diterbitkan “tak lakang dek paneh, tak lapuak dek hujan”, dan menjadi Tinta Emas bagi penulis dan menjadi rujukan untuk media lainnya.
Bungo, Jambi 19-06-21
Rickardo Chairat
0 Comments