Hening, gelap, hitam putih. Begitu mengusik kepalaku.
Keseimbangan alam, keseimbangan hidup, amarah, dusta, makian, bisikan tiada henti buatku gelisah sepanjang malam, seperti mimpi buruk dan terjadi.
Dan mimpi mimpi itu belum usai, seperti rangkaian kata kata dan angka angka.
Kata kata memmbangkitkan angka angka an berhitung mundur.
Segala perubahan tidak lagi bisa dihentikan.
Ribuan kaki berlari mencari daun pisang demi hidup.
Ribuan kaki berlari demi pengakuan.
Ribuan kaki berlutut takut.
Ribuan kepala bersujud tunduk.
Wangi bunga tujuh rupa, aneka rupa jajanan pasar, segumpal nasi tumpeng, ingkung ayam jantan tak lagi mampu menghentikan.
Kepala kerbau terpenggal mengalirkan harapan, melahirkan perubahan.
Siapa yang berani !!!…….
Wangi bunga tujuh rupa dalam cermin nasehat:
Mawar merah “kelahiran manusia”.
Mawar putih “damai, tentram, sejahtera”.
Kantil “meraih sukses lahir, batin. Berdasarkan jiwa spiritual, lurus di jalanNya”.
Kenanga “penerus leluhur”.
Melati “segala tindakan, perbuatan ada hati (qolbu). Memilih memilah sebelum berkata dan berbuat.”
Sedap malam “kedamaian, ketentraman, keharmonisan.”
Gambir “kesederhanaan dan tidak berlebihan.”
Kepala kerbau “membersihkan pusat inti kehidupan dengam air suci, bentuk simbol bersatunya alam semesta dengan manusia, sebuah refleksi rasa syukur pada semua ciptaanNya.”
Sekedar gambaran cermin diri, berani berubah, mengubah diri lebih baik.
Martoyosri, 7/12/2021
0 Comments