Bagai Ayam Lupa Bulu

Oct 27, 2021 | Tajuk

Biasa di kandang lalu dilepas bebas, biasa makan dedak berlagak makan kue tart, tidak tahu apa yang semestinya dilakukan. Beringas ikut-ikutan apa yang sedang tren dan hanya mau melihat apa yang mau dilihat, mendengar apa yang mau didengar. Hingga lupa dengan bulunya sendiri, terlalu asyik pakai bulu harimau yang dikira akan membuatnya hebat. Hilanglah jati diri dan akhirnya merusak semua.

Menjadi orang yang sepertinya paling menderita dan tidak mendapatkan kebahagiaan apapun sepertinya lebih mudah dilakukan dibandingkan dengan bersyukur atas segala anugerah yang diberikan. “Miskin dan tidak memiliki apa-apa” seperti orang lain, bahkan membuat minder dan takut dihina dan menjadi yang terhina. Padahal belum tentu demikian, sebab banyak yang susah dan lebih menderita di luar sana, tetapi tidak mau dilihat.

Untuk bisa eksis dan menutup semua itu, banyak yang akhirnya menjadi ambisi dan terobsesi hanya lewat penampilan. Tidak hanya itu saja, bahkan untuk dianggap baik dan “suci” pun sekedar penampilan belaka. Pura-pura! Harta dan kemewahan dijadikan patokan kesuksesan, jabatan juga demikian, yang pada akhirnya seringkali membuat jadi sombong dan lupa diri. Bagaimana mau ingat, diri sendiri dan sejatinya saja dilupakan?!

Seperti ucapan pedas yang pernah saya lontarkan kepada seorang lelaki dengan mobil mewah dan mahal, “Bang, mobilmu keren banget, mahal pula. Sayang, mobilmu lebih mahal dan lebih keren dari dirimu sendiri! Jadinya nggak cocok abang pakai mobil itu!”. Begitu juga dengan yang pernah saya ucapkan kepada seorang perempuan, “Kakak berlian dan tasnya keren. Kenapa kakak masih norak juga?! Apa nggak bisa lebih mulia dari berlian dan lebih berkelas dari tas yang kakak pakai?!”.

Mungkin ucapan saya itu menjengkelkan, dan tidak mengapa. Bila tidak tahu bagaimana menjadi keren, elite, dan berkelas, lebih baik belajar banyak dan berilmu dengan segala kerendahan hati. Tidak perlu ikut-ikutan kelas “OKB”, trend dan segala kemewahan yang dijual dunia lewat sinetron, fashion, dan lain sebagainya. Sederhana itu jauh lebih mewah, karena sangat sulit dimiliki jiwa-jiwa kebanyakan di dunia ini.

Makanya, tidak heran bila banyak yang akhirnya seliweran bak ayam lupa dengan bulunya sendiri. Sudah merasa lebih padahal tidak ada apa-apanya duluan. Suka menuding, menuduh, dan sombongnya minta ampun meski mengobral segala susah dan kepedihan. Bagaimana mau maju kalau sudah demikian?! Apa tidak kasihan dengan masa depan bila diajarkan dan meniru perilaku yang sama?!

Bandung, 23 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments

  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This