Apa yang Anda Pikirkan

Oct 31, 2021 | Essai

Dalam keseharian semua orang mempunyai kebutuhan. Untuk pemenuhan kebutuhan terdebut diperlukan uang. Dengan memiliki uang, orang tua terutama si Bapak bisa memenuhi kebutuhan keluarganya. Orang tua bisa membiayai kebutuhan anaknya dari kecil sampai tanggung jawab orang tua dianggap sudah lepas pada si anak. Mereka yang memiliki banyak uang, ada yang menggunakan uangnya untuk kebaikan dengan cara membantu orang lain. Tapi ada juga yang merasa jumawa, sampai “menindas” orang lain. Itu semua karena uang. Uang bisa sebagai alat penolong dan bisa juga sebagai pengacau.

Tapi realitanya semua orang tetap mengejar dan berburu uang, dengan alasan yang berbeda-beda. Uang menjadi hal mutlak untuk dimiliki, ada yang memerlukan uang hanya untuk bertahan hidup atau pemenuhan kebutuhan sehari-hari dan ada pula yang membutuhkan uang sebagai prestise.

Masing-masing orang memiliki kebutuhan yang berbeda-beda, tergantung siapa orangnya. Pemulung berjalan mencari barang bekas di tumpukan sampah, itu demi mendapatkan uang. Sama hal nya dengan seorang karyawan swasta atau pegawai negeri sipil, bekerja dengan mengharapkan uang gaji setiap bulannya. Rata-rata uang yang didapatkan tersebut digunakan untuk pemenuhan kebutuhan pokok (sandang, pangan dan papan).

Dan seorang pengusaha akan berusaha mendapatkan uang agar usahanya semakin maju, dia semakin kaya dan bisa disegani orang. Bahkan seorang pria yang mempunyai istri simpanan, akan makin giat berusaha mencari uang, agar bisa “aman dan nyaman”. Dan orang yang ingin bergelut di dunia politik juga memerlukan banyak uang.

Hebatnya peran uang di dunia ini, mereka yang sudah kaya masih saja mencari uang. Apakah ada yang salah dengan itu?! Tentu tidak, karena dalam hidup ada kebutuhan, di mana sekarang kebutuhan tersebut ditakar dengan uang.

Manusia memang diperintahkan agar selalu berusaha untuk dunia dan akhirat. Jadi tidak salah kalau setiap orang perpacu mencari kekayaan di dunia. Tapi kalau dalam Agama, mencari kekayaan itu haruslah dengan cara yang baik dan halal yang mempunyai kaidah-kaidah tertentu untuk menggapainya, seperti yang sudah di contohkan oleh Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad pernah miskin dan juga pernah menjadi orang kaya. Nabi Muhammad SAW juga seorang politikus, panglima perang juga sebagai pempinan tertinggi dari kaumnya, tapi beliau tetap bersahaja.

Jadi, kalau berkaca dari sejarah dan keteladanan Nabi Muhammad SAW yang bisa mendapatkan dunia dan akhirat bukan saja karena beliau di angkat menjadi Nabi atau Rasul. Tapi beliau seseorang yang mempunyai prinsip dan tujuan hidup.

Ya, prinsip dan tujuan hidup. Itu sangat penting sekali. Mungkin kalau berkaca dari Nabi itu terlalu tinggi. Bisa dilihat lagi contoh lain tentang seorang tokoh yang mempunyai prinsip dan tujuan hidup dalam dirinya. Salah satunya adalah Haji Agus Salim. Sudah banyak yang tahu tentang kisah beliau semasa hidup. Beliau adalah seorang tokoh bangsa yang bisa dikatakan melarat sampai akhir hayatnya. Tapi beliau merasa bahagia dengan keadaan tersebut.

Kembali ke pembahasan tentang uang. Dengan adanya dua contoh di atas, apakah uang akan tetap menjadi segala-galanya bagi setiap orang?! Di zaman sekarang mungkin sangat langka ada orang yang bisa seperti kedua contoh tersebut.

Oh, sekarang kan zamannya modern, berbeda dengan zaman dulu, segala sesuatunya pasti perlu uang.
Benar sekali zaman itu berbeda, teknologi sekarang makin canggih. Tapi ingat, zaman ini bisa modern seperti sekarang karena sepak terjang dari orang-orang yang mempunyai prinsip dan tujuan hidup tadi.

Dan mereka yang mengikuti dan larut pada kemoderenan zaman, cenderung akan menjadi rusak dan merusak, seperti para koruptor. Mereka rusak dan merusak.

Uang memang diperlukan tapi jangan samapai karena uang prinsip dan tujuan hidup hilang dalam diri. Ada yang bilang, “Prinsip dan tujuan hidup saya adalah ingin kaya, mempunyai harta yang berlimpah, bisa beli ini itu, bisa kesana, kemari.”

Boleh saja, tidak ada yang melarang, tapi raihlah kekayaan itu dengan berprinsip juga, yaitu dengan cara yang benar dan tidak merugikan orang lain serta sesuai dengan ajaran agama, itu yang penting, agar kita tidak rusak dan merusak.

Bungo, 30 Oktober 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This