Alam Mengajarkan Lewat Bencana

Dec 13, 2021 | Tajuk

Duka yang disebabkan oleh bencana tidak bisa dihapuskan, namun semestinya tidak membuat kita lupa akan segala hikmah yang diberikan. Segala yang terburuk dan terpahit sekalipun, terjadi tentu hanya atas izin Allah Yang Maha Kuasa, yang selalu tahu apa yang terbaik dan yang kita butuhkan. Berapa banyak kemurahanNya yang dikeluarkan dari dalam bumi pada setiap erupsi gunung berapi?! Meski seringkali menelan korban, tetapi tidak berarti tidak memberikan apa-apa bagi masa depan. Berbeda dengan manusia, meninggalkan kerusakan dan kehancuran tanpa mampu memberikan apa-apa.

Sebelum berpikir jauh, rasa duka mendalam atas setiap bencana membuat hati luluh lantah tak karuan. Rasanya tidak ada keadilan, apalagi bila yang menjadi korban adalah mereka yang tidak mengerti apa-apa. Mereka hanya berusaha hidup dan bertahan hidup, yang walaupun sadar harua menghadapi bahaya, mereka tidak memiliki banyak pilihan. Apalagi bencana bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, tidak semua mampu diprediksi sebelumnya. Kemampuan manusia tetap terbatas dan tidak akan mampu mengalahkan alam.

Setelah berpikir lebih mendalam, rasanya tidak mungkin Allah itu tidak adil. Allah Maha Adil, dan tidak akan pernah Allah melakukan kejahatan. Allah selalu memberikan, tidak pernah mengambil. Tidak ada batasan pula, selalu yang terbaik dan yang dibutuhkan. Kenapa berpikir buruk tentang Allah? Apakah hanya karena tidak diberikan sesuai harapan dan keinginan, lalu pantas merajuk seperti anak kecil yang kehilangan keyakinan dan iman?! Tidaklah, malu.

Mudah bila tidak mengalami sendiri, semua hanya sebatas bicara? Mudah dan sulit tergantung pada diri sendiri. Toh, semua ujian tidak akan pernah diberikan melewati batas kemampuan. Lagipula, bagi saya, tidak ada yang namanya ujian, semua tetap berkah dan anugerah ilmu pengetahuan yang dibutuhkan untuk tetap beriman dan menjadi lebih kuat. Segala masalah dan bencana, dari sudut pandang lain, bisa memberikan kebaikan dan keindahan yang memang sulit untuk dilihat bila terus berkutat pada satu sudut pandang.

Bencana yang terus terjadi akhir-akhir ini, bukan hanya di Indonesia tetapi di berbagai belahan dunia, seperti tornado besar yang melanda benua Amerika, membuat saya berpikir. Apa yang sebenarnya terjadi? Alam memiliki cara untuk menyembuhkan diri, dan apakah ini cara alam memperbaiki kerusakan-kerusakan dan penghancuran yang sudah dibuat manusia? Manusia sudah bangga bila mampu menjadi kaya raya, memiliki jabatan, dan merasa menguasai segalanya, tetapi baru terkena bencana sedikit saja, sudah rasanya hancur semua. Sudah mendapatkan banyak pun, tetap saja rakus dan tamak, tidak ada rasa syukur apalagi peduli.

Ketika banyak yang syok, sedih, berduka, dan kesusahan, mereka yang mendapatkan gaji dari rakyat justru memanfaatkan situasi dan kondisi untuk mendapatkan “nama dan eksistensi”. Bukannya membantu dan memberikan apa yang dimiliki, malah sibuk memoles diri sendiri, walaupun dibuat sedemikian rupa dengan bungkus kepedulian. Sungguh memalukan, dan ini menjadi pelajaran berharga betapa pentingnya belajar untuk menjadi beradab dan berkeadilan, agar tetap menjadi manusia yang memiliki rasa dan sikap kemanusiaan. Jangan sampai menjadi keledai durjana tuna mikir non kemaluan, sudah korupsi pun masih bisa tertawa dan melambaikan tangan seperti selebritis dan pahlawan.

Ini hanya pelajaran kecil saja, masih banyak sudut pandang lain yang menjadi pelajaran penting dari alam. Tidak perlu merasa pintar dan hebat, bila belum mampu, bahkan mengalahkan alam. Menghentikan gunung erupsi, angin kencang, banjir rob saja tidak bisa, kok! Sepandai-pandainya dan sehebat-hebatnya manusia, paling hanya bisa antisipasi saja.

Tidak berharap, namun semoga saja alam tidak pernah bosan memberikan pelajaran kepada manusia, apalagi kepada mereka yang sombong, congkak, rakus, dan tamak. Meskipun barangkali tidak akan pernah membuka hati dan pikiran mereka, tetapi paling tidak memberikan ilmu berharga bagi yang lain. Tidak ada yang mampu mengubah seseorang selain dirinya sendiri, demikian pula dengan alam. Alam tidak akan berubah kecuali karena kehendakNya.

Surabaya, 12 Desember 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This