Alam Bersenandung

Sep 4, 2021 | Essai

Alam belantara seluas alam samudera seluas alam jumantara, sama-sama luasnya yang tak terhingga, di mana sudutnya tidak jelas, di mana titik awal dan titik akhir juga tidak tampak.

Hanya sebuah gambaran dalam angan-angan, sebuah gambaran pada bulatan peta, hanya gambaran pada sebuah pandangan mata belaka.

Dalam pikiran di dalam sebuah isi kepala, hanya berputar-putar, sesungguhnya yang bagaimana seutuhnya alam yang dipijak ini.

Alam bersenandung, di bawah tanah dengan suara lirih menggema bergerak berjalan dengan langkah tenang dan menakutkan didengar sepasang telinga, di atasnya ditunjukkan getarannya sebuah lampu gantung bergelayutan tenang.

Tahukah dan mendengar ?!, Suara alam bawah tanah bergerak dan berjalan tenang dan pasti, suara senandungnya “Geredeg, geredeg, geredeg”, Allahu Akbar, Allah Maha tunggal, segala puji baginya.

Bagaimana senandung, alam diatas bumi yang dipijak, sebagaimana dilihat sepasang mata “hempasan air laut di samudra berjalan tenang, cepat dan keras menghantam satu sama lainnya dan menghantam batu karang, dengan suara deburan ombaknya, “Gelegar”.

Sesungguhnya juga alam Jumantara, dengan bersatunya angin membentuk kekuatan diam mengikat, berputar tanpa suara, menabrak, menendang, mengangkat dan mengajaknya pergi, tanpa kata-kata serta di lemparkan, dibuang sesuka kehendaknya.

Alam mendengung, bertalian satu sama lainnya bersamaan dengan terbelah dan pecahnya bumi, dorongan dan hisapan air laut samudera ditelan habis olehnya diletakkan di dasar jurang laut, dibuatnya tenang selamanya.

Senandungnya alam tenang, pelan dan pasti, bagaikan hormat dan tunduk serta bertasbih tak kenal berhenti pada segenap seisinya, bagaikan lingkaran tasbih dan bulatannya berputar pelan hanya kepadaNya dipersembahkannya.

Bersatunya alam semesta, melepaskan apa yang ada di padanya, kekasaran dan kehalusan auranya, menebar, membentangkan bagaikan jaring laba-laba, kebaikan dan kejahatan mewarnai dan mengisinya, diambillah sebuah pilihan sesuai kehendak yang memilihnya.

Tiba waktunya selesai dan tertutup pintu lobang dan angin-angin, mengunci diam membiarkan dan dibiarkan serta tak di jawab perkataannya, sudah melalaikan akan dilalaikan pula.

Alam bersenandung tak perlu bercerita dan berjalan apa adanya atas kehendakNya, sudah selesai semuanya akan berjalan pada garis lurus, berjalan terpeleset akan terjungkal ke lembah tak jelas wujudnya.

Surabaya, 2 September 2021

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This