Aku adalah subyek tunggal. Aku adalah Aku, manunggaling kawulo alit dengan egoku dan semua ambisi-ambisiku. Aku bukan diperanakkan oleh makhluk. Aku adalah Aku, anak zaman yang direngkuh dari kepingan-kepingan sejarah, lalu menjadi Aku yang tercipta dengan sendirinya.
Tetapi Aku bukanlah penganut materialism-positivism tengik yang tak tahu diri tak mengenal Sang Maha Agung. Aku tetap sosok hati-hati yang kerap berdiam diri merenung di pojok-pojok sejarah. Mengamati saling silih bergantinya kekuasaan dan jatuh bangunnya orang-orang.
Aku adalah, si empunya kata-kata. Membahana, bak rasul yang berkhotbah di atas bukit. Bak Musa yang menghempaskan ten commandement menjadi testamen agung. Aku adalah dia yang merasuk dalam diriku. Menyatu, membentuk pikiran-pikiranku. Mengambil alih segala egoku dan merampas segala kesombonganku. Aku bukanlah engkau yang jauh di mata-dekat di hati.
Tetapi sorry, Aku bukanlah pengemis cinta. Meraung-raung menangis tenggelam dalam air mata darah. Air mata luka akibat tercabik-cabik kata manis dara pujangga. Aku bak Giannis Ritsos.
Akulah sang angkuh penggenggam nyawa tujuh rupa bidadari angkasa. Yang patah sayap-sayapnya terkena kemilau tatapan Arjuna pencari Surga. Aku tak beranak dan diberanakkan. Tetapi jutaan harap berlutut termangu dalam mulut si manis zaman. Bergincu kepalsuan merah. Membara tetapi asin. Aku bukan kau yang menyesatkan. Fallacy.
Mari sini duduk berhadapan antara egoku dan egomu. Dirimu takkan sanggup walau sedetik menatap keanggunan jiwaku. Mampu merasuk merobek dalam tatapan mata batinku. Tanpa bisa kau lepas, tanpa bisa kau elak. Penjaraku akan memasungmu dalam kegelapan cintaku. Coba, cobalah meronta-ronta sekuat egomu. Berontak bagai ratusan ribu prajurit Kubilai Khan meluluhlantakkan gurun pasir dan kota-kota sepanjang Eufrat. Menghina dina tanah para Nabi, hingga hilang jejak kecerdasan agung.
Tak bisa, dirimu tak bisa lari, tersandera pesonaku yang melumatmu. Lalu bibirmu terkatup, meminta dipagut puluhan ular berbisa. Jebakan asmaramu adalah remeh paling jenaka dalam lintasan zamanku.
Katakan lagi, Aku adalah perkasamu. Sesuatu yang tak bisa engkau tolak, engkau enyahkan. Atau laramu akan berbilang abad, abadi.
Dari Pojok Baturetno,
28/06/2021
Pril Huseno
Sad but true…