Akhir

Oct 18, 2021 | Cerpen

Awan merah menyelimuti langit malam itu..

Burung-burung jatuh dari langit..

Suara bising terdengar oleh telinga kami..

Hari itu merupakan hari yang tidak bisa kami lupakan. Hari di mana kecintaan kami terhadap negeri ini berubah menjadi petaka tak berujung.

Sebuah bencana besar yang disebabkan oleh para pemegang kuasa negeri ini.

Malam itu, alam menangis setelah para penguasa negeri ini membakar hutan yang telah melindungi kami selama ini.

Peristiwa itu pasti tidak akan terjadi jka kami tidak mempercayai mereka, para penguasa yang memegang kendali penuh atas alam yang kita tinggali bersama ini.

Aku ingat betul, ketika istriku bertanya padaku hari itu, hari di mana kami menganggap kehidupan yang kami jalani berjalan damai dan tentram tanpa adanya kekacauan seperti saat malam itu terjadi.

“sayang, jika aku bertanya, siapa yang paling kau cintai di dunia ini? diriku ataukah negeri ini? karena sejauh yang aku lihat, kamu sangat mencintai negeri ini sayangku..”

“Tentu saja aku akan memilih dirimu sayangku, namun aku juga tau, sebagai rakyat yang hidup di negeri ini, sudah sepatutnya aku juga mencintai negeri ini,” jawabku.

“Kalau begitu, bagaimana caranya kamu mencintai negeri ini sayangku? apakah dengan menghambur-hamburkan bunga dan uang di jalanan dan berakhir di rumah sakit jiwa?” tanya istriku seraya menyindirku karena aku beberapa waktu mengikuti tim kemenangan salah satu kader partai yang berkampanye dengan menghambur-hamburkan bunga dan uang di jalanan, meski akhirnya kader tersebut kalah dan saat ini berada di rumah sakit jiwa karena beban mental yang serius.

“Di dalam benakku saat ini, bagaimana jika aku mengikuti organisasi yang bergerak di bidang pelestarian lingkungan, karena sejatinya, melestarikan lingkungan juga salah satu bentuk mencintai negeri ini toh?” jawabku atas pertanyaan istriku tadi.

“Apakah kamu yakin bisa melakukannya sayangku ?”

“Aku akan berusaha melakukannya sebisa mungkin, toh ini juga jalanku untuk mencapai apa yang aku cintai.”

Aku berpikir hal-hal yang aku katakan tadi adalah hal yang mudah untuk aku dilakukan. Ternyata, hal itu tidak. Banyak sekali kendala di dalam aku mengikuti organisasi ini. Meski begitu, kendala-kendala tersebut belum apa-apa dengan kendala terakhir yang aku alami di organisasi ini, ya.. kendala inilah yang menyebabkan kekacauan besar saat itu.

Kendala itu bermula, disaat kami, anggota organisasi mendapatkan uang dengan jumlah yang amat besar dari suatu lembaga. Kami yang saat itu kebingungan mencoba bertanya kepada manajer kami tentang uang yang didapatkan oleh organisasi saat itu. Manajer kami menjawab bahwa uang tersebut adalah uang untuk agenda yang sangat besar. Tidak hanya itu, manajer kami juga merinci agenda kegiatan itu dengan sangat terperinci hingga kami yakin, bahwa agenda ini bukan agenda yang main-main.

Meski begitu, kami harus waspada betul terhadap segala upaya kriminal yang berusaha lari dari hukum dengan menghilangkan jejak mereka lewat organisasi yang kami jalani saat itu. Namun, prasangka kami saat itu salah total. Lembaga yang memberikan uang kepada kami memang benar-benar lembaga sungguhan dengan dana besar yang bergerak pada sektor lingkungan dan pelestarian sumber daya alam yang berfokus pada revitalisasi dan pelestarian hutan.

Hari demi hari kami jalani bersama. Tak terasa, sudah hampir sebulan sejak pertama kali kami mendapatkan uang tersebut. Uang dengan nominal besar tersebut terus mengalir setiap minggunya, selama 4 minggu berturut-turut, hingga pada suatu hari, lembaga tersebut menghentikan dana yang kami terima untuk agenda tersebut.

Saat itu, kekacauan terjadi di dalam organisasi ini. Ada yang mengatakan bahwa prasangka kami benar, ada juga yang masih berpikiran positif dengan tetap berpikir bahwa lembaga tersebut masih belum bisa mengirim dana tersebut hari itu. Diriku saat itu mencoba berada pada posisi netral, namun aku salah, tidak, kami semua salah. Malam itu, kami bersama melihat berita di televisi yang memberitakan bahwa ada suatu kantor yang terbakar di ibukota. Kantor itu ternyata tidak lain adalah kantor lembaga yang selalu mengirimkan dana kepada kami.

Mulai saat itu, agenda yang sudah dijalankan dari awal, terpaksa kami hentikan saat itu karena dana yang ada sudah habis untuk menyelesaikan apa yang bisa kami selesaikan dari agenda tersebut.

Namun, langkah kami salah. Sehari setelah kami menghentikan total aktivitas yang berkaitan dengan agenda tersebut, ikan-ikan yang ada di sungai di sekitar camp organisasi kami perlahan menghilang. Air sungai yang awalnya jernih dan arusnya deras, tiba-tiba menjadi keruh dan dengan debit air yang sangat sedikit, seperti saat musim kemarau.

Puncaknya, ketika kami hendak datang ke camp organisasi, tiba-tiba puluhan orang pria berdiri di depan camp, dengan setelah jas rapi dan kacamata hitam. Mereka dengan mengatasnamakan pesuruh dari pemerintah setempat mengatakan bahwa manajer kami telah melakukan tindak pidana kriminal dengan merusak sungai di sekitar lingkungan camp organisasi. Kami pun langsung kaget dengan hal itu, karena tidak mungkin manajer kami melakukan hal seperti itu.
Tak lama berselang, sebuah ledakan besar terjadi di dalam hutan. Puluhan pria yang mengatasnamakan pesuruh dari pemerintah tadi lari berhamburan. Aku yang tidak tau apa yang barusan terjadi hanya kebingungan melihat kekacauan yang terjadi.

“Awan merah menyelimuti langit malam itu…”

“Burung-burung jatuh dari langit…”

“Sungguh, tak kusangka mimpi burukku malam itu menjadi kenyataan.”

Itu adalah kata-kata terakhir manajer kami saat kami terkena hembusan panas dari ledakan malam itu. Aku adalah satu-satunya korban yang masih hidup dan selamat dari kejadian itu. Kuharap cintaku pada negeri ini tidak berakhir sampai disini.

Baca Juga

0 Comments
  1. Kalau penulis kurang jujur dalam menyajikan karya tulus, pasti dan pasti akan menyesatkan. Maka catatlah sejarah sebagaimana adanya. Syukur2 bisa…

  2. Sangat menginspirasi dan menopang semangat

  3. Sangat inspirasi, membantu menumbuhkan motivasi dan penopang semangat

Pin It on Pinterest

Share This